CLICK HERE FOR THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES »

Rabu, 25 November 2009

Keutamaan Sedekah

Diceritakan, ketika Nabi Ayub AS sedang mandi tiba-tiba Allah SWT mendatangkan seekor belalang emas dan hinggap di lengannya. Baginda menepis-nepis lengan bajunya agar belalang jatuh. Lantas Allah SWT berfirman, ''Bukankah Aku lakukan begitu supaya kamu menjadi lebih kaya?'' Nabi Ayub AS menjawab, ''Ya benar, wahai Sang Pencipta! Demi keagungan-Mu apalah makna kekayaan tanpa keberkahan-Mu.''


Kisah di atas menegaskan betapa pentingnya keberkahan dalam rezeki yang dikurniakan oleh Allah SWT. Kekayaan tidak akan membawa arti tanpa ada keberkahan. Dengan adanya keberkahan, harta dan rezeki yang sedikit akan bisa terasakan mencukupi. Sebaliknya, tanpa keberkahan rezeki yang meskipun banyak akan terasakan sempit dan menyusahkan.

Agar rezeki yang Allah SWT berikan kepada kita menjadi berkah, Rasulullah SAW menganjurkan kepada umatnya untuk memperbanyak sedekah. Kata Rasulullah SAW, ''Belilah semua kesulitanmu dengan sedekah.'' Dalam hadis lain, Rasulullah SAW menjelaskan, ''Setiap awal pagi, semasa terbit matahari, ada dua malaikat menyeru kepada manusia di bumi. Yang satu menyeru, 'Ya Tuhanku, karuniakanlah ganti kepada orang yang membelanjakan hartanya kerena Allah'. Yang satu lagi menyeru, 'Musnahkanlah orang yang menahan hartanya'.''

Sedekah walaupun kecil tetapi amat berharga di sisi Allah SWT. Orang yang bakhil dan kikir dengan tidak menyedekahkan sebagian hartanya akan merugi di dunia dan akhirat karena tidak ada keberkahan. Jadi, sejatinya orang yang bersedekah adalah untuk kepentingan dirinya. Sebab, menginfakkan (belanjakan) harta akan memperoleh berkah, dan sebaliknya menahannya adalah celaka.

Sedekah memiliki beberapa keutamaan bagi orang yang mengamalkannya. Pertama, mengundang datangnya rezeki. Allah SWT berfirman dalam salah satu ayat Alquran bahwa Dia akan membalas setiap kebaikan hamba-hamba-Nya dengan 10 kebaikan. Bahkan, di ayat yang lain dinyatakan 700 kebaikan. Khalifah Ali bin Abi Thalib menyatakan, ''Pancinglah rezeki dengan sedekah.'' Kedua, sedekah dapat menolak bala. Rasulullah SAW bersabda, ''Bersegeralah bersedekah, sebab yang namanya bala tidak pernah bisa mendahului sedekah.''

Ketiga, sedekah dapat menyembuhkan penyakit. Rasulullah SAW menganjurkan, ''Obatilah penyakitmu dengan sedekah.'' Keempat, sedekah dapat menunda kematian dan memperpanjang umur. Kata Rasulullah SAW, ''Perbanyaklah sedekah. Sebab, sedekah bisa memanjangkan umur.''

Mengapa semua itu bisa terjadi? Sebab, Allah SWT mencintai orang-orang yang bersedekah. Kalau Allah SWT sudah mencintai seorang hambanya, maka tidak ada persoalan yang tidak bisa diselesaikan, tidak ada permintaan dan doa yang Allah tidak kabulkan, serta tidak ada dosa yang Allah tidak ampuni, dan hamba tersebut akan meninggal dunia dalam keadaan husnul khatimah (baik).

Kekuatan dan kekuasaan Allah jauh lebih besar dari persoalan yang dihadapi manusia. Lalu, kalau manfaat sedekah begitu dahsyatnya, masihkah kita belum juga tergerak untuk mencintai sedekah? Wallahu a'lam bis-shawab.

dikutip dari www.blogcatalog.com/blog/kebahagiaan-terbesar-dalam-hidup

Read More......

Kaya dengan SEDEKAH Mau..?

Aku dan istriku memang lagi gemar-gemarnya lihat acara nikmatnya sedekah yang ditayangkan di TPI setiap selasa dan rabu pagi jam 5.30 WITA di TPI. Biasanya dibawakan langsung oleh ustad Yusuf Mansur..namun kadang-kadang ustad yusuf mansur digantiin oleh ustad lainnya. Mungkin karena kesibukan kali.

Ustad Yusuf Mansur sering mengatakan bahwa kalau anda ingin kaya…sedekahlah. Perbanyaklah sedekah….maka anda akan semakin cepat kaya. Seberapa cepat anda melakukan sedekah..dan seberapa banyak….otomatis akan mempercepat kekayaan yang ingin anda capai. Wah gimana tuh…..mau kaya kok disuruh sedekah…..??? kayaknya nggak logis ya?


Tunggu dulu…..memang kalau kita lihat sekilas hal itu nggak bisa masuk nalar. Dan memang keajaiban sedekah itu selalu diluar nalar manusia. Coba anda baca ayat yang mengatakan bahwa Tuhan akan memberikan rezeki yang datangnya tidak disangka-sangka kepada hamba Nya yang dikehendaki. Nah...cocok kan dengan sedekah.

Kalau selama ini kita hanya sendirian dalam arti tanpa melibatkan Tuhan atau kalaupun melibatkan hanya sedikit...? cobalah anda mulai sekarang untuk selalu melibatkan Tuhan dengan jalan memperbaiki diri dan selalu melakukan sedekah. Insya Allah Tuhan akan memberikan jalan yang tidak disangka-sangka kepada anda.

Kita sering berpikiran bahwa..satu-satunya jalan untuk mendapatkan rezeki adalah dengan bekerja dan menabung. Kadang berhutang untuk menambah modal kerja. Tetapi kalau ustad Yusuf Mansur menyarankan...cobalah untuk meningkatkan kekayaan dengan sedekah. Bagaimana caranya?

Taruhlah anda ingin memperoleh kekayaan sebesar 1 Milyar Rupiah. Anda bisa melakukan sedekah sebanyak 10 % dari total kekayaan yang ingin anda peroleh tersebut. Yaitu 100 Juta...Waaah??? kok besar sekali ya?......Apakah itu dikeluarkan sekaligus atau bertahap?....ya terserah anda. Semakin cepat sedekah anda mencapai nominal 100 juta , maka akan semakin cepat kekayaan anda akan mencapai 1 Milyar. Itu menurut ustad Yusuf Mansur Lho.

Terus kemana aja anda harus bersedekah?...
Anda bisa melakukan sedekah ke beberapa tempat ataupun orang yang membutuhkan disekitar anda. Bisa ke rumah-2 yatim, orang miskin, ataupun ke tempat-tempat pendidikan anak yang kurang mampu, tempat ibadah atau bahkan bisa bersedekah ke kerabat dekat yang tidak mampu. Semua itu terus anda lakukan....dengan senang hati.......sampai mencapai nominal yang anda targetkan.

Bahkan Ustad Yusuf mansur pernah bercerita ada seorang yang mempunyai hutang 4 Milyar. Kemudian dia meminta nasehat kepada ustad Yusuf Mansur bagaimana cara melunasinya. Akhirnya orang tersebut di minta untuk bersedekah minimal 10 % syukur bisa lebih. Orang ini merasa dirinya bukanlah orang yang begitu sholeh dan tawadhu...makanya dia memutuskan untuk bersedekah 10 % lebih yaitu sekitar 450 jutaan . Tanpa disangka-sangka....setelah berjalannya waktu...selalu saja ada jalan yang memudahkan dia untuk mencapai rezeki. Dan akhirnya hutangnya yang 4 M itu pun bisa lunas dalam waktu 1 tahun.

Apakah sedekah hanya untuk mencapai kekayaan?

Tidak....sedekah bisa anda gunakan untuk berbagai keperluan anda. Misalnya untuk kesehatan anda, untuk kebaikan anak dan istri anda atau bahkan untuk kebaikan seluruh kerabat anda. Asal anda melakukannya dengan senang hati dan ikhlash...Insya Allah sedekah akan memudahkan hidup anda.

Selamat melakukan sedekah ...semoga anda menjadi ahli sedekah yang dikasihi oleh Tuhan dan dicintai oleh manusia. Berapa target sedekah anda sekarang...?

dikutip dari www.blogcatalog.com/blog/

Read More......

Selasa, 24 November 2009

Orang mukmin yang paling kaya

Dalam sebuah hadits dari Ibnu Mas’ud, Rasulullah saw ditanya, ” Manakah orang mukmin yang paling baik ?, Beliau menjawab,” Yang paling baik budi pekertinya.”. ”Mana orang mukmin yang paling kaya ?”, beliau menjawab, ” Yang selalu mengingat pati dan mempersiapkan bekalnya baik-baik”.

Orang mukmin yang paling kaya, menurut Rasulullah saw. adalah orang yang selalu mengingat mati dan mempersiapkan bekalnya dengan sebaik-baiknya. Mengapa orang yang selalu mengingat mati disebut sebagai orang yang paling kaya ?


Abu Hamid Al Lafaf berkata, ” Tiga keuntungan bagi orang yang selalu mengingat mati, yaitu : Pertama, cepat bertaubat. Kedua, Qona’ah, terhadap rizki, tidak rakus / tamak. Ketiga, Rajin melakukan ibadah. Dan sebaliknya bagi yang melupakannya, tertimpa tiga macam keburukan, yaitu Pertama, menghambat taubat. Kedua, tidak rela atas rizki (tamak/rakus), dan ketiga, malas beribadah (setengah ciri munafik)”.

Al Faqih Abu Laits Samarqandy, dalam kitabnya Tanbihul Ghafilin berkata, ” Berbahagialah orang yang diberi pengertian dan dibangunkan / sadar dari lupanya, mau dipimpin untuk berfikir tentang urusan patinya, mudah-mudahan Allah menghabisi umur kami dalam kebaikan, dan memperoleh kegembiraan seperti layaknya orang mukmin ketika mati. Firman Allah : ”Bahwasannya orang-orang yang beriman kepada Allah dan RasulNya, lalu tetap teguh melakukan perintah Allah dan menjauhi laranganNya, maka para malaikat akan datang membawa khabar gembira, janganlah gentar atau sedih, dan bergembiralah dengan sorga yang disiapkan Allah untukmu”(Fush-shilat 30)”

Masih dalam kitab Tanbihul Ghafilin disebutkan, Ada 5 macam dan tingkatan berita gembira, yaitu : Pertama, Kepada masyarakat awam (umumnya orang mukmin), berupa ”Jangan merasa khawatir/gentar, karena neraka bukanlah tempat kekal bagimu, dan syafaat para Nabi, para Wali pasti datang kepadamu, jangan sedih atau duka atas kurangnya pahala, dan sorga menjadi kepastian bagimu”. Kedua, Kepada pelaku ibadah/amal yang ikhlas, berupa : ” Janganlah khawatir tidak diterimanya amal / ibadahmu, ataupun kurangnya pahala, bahkan pahalamu berlipat ganda”. Ketiga, Kepada mereka yang bertaubat, berupa : ” Janganlah dosa-dosamu kau risaukan, pasti diampuni, dan jangan khawatir kekurangan pahala, karena sesudah taubat amalmu pasti dibalas pahala”. Keempat, Kepada orang – orang zuhud, berupa : ” Janganlah khawatir mahsyar atau hisab, dan jangan pula sedih atau duka, pahalamu yang berlipat ganda tetap utuh, sedikitpun tidak dikurangi, dan sorga menjadi kepastian bagimu”. Kelima, Kepada para ulama, berupa : ” Janganlah gentar menghadapi hebatnya hari kiamat, dan jangan pula sedih atau duka, sorga adalah balasan amalmu, demikian pula orang-orang yang mengikuti lakumu.”.

Wallahu’alam

DIKUTIP DARI SUMBER WWW.KANGTRIS.COM

Read More......

Dapat pahala haji mabrur tapi tidak haji

Sa'id Ibnu Muhafah, Tukang Sol sepatu yang mendapatkan pahala haji mabrur, padahal ia tidak haji, suatu ketika Hasan Al-Basyri menunaikan ibadah haji. Ketika beliau sedang istirahat, beliau bermimpi. Dalam mimpinya beliau melihat dua Malaikat sedang membicarakan sesuatu


"Rasannya orang yang menunaikan haji tahun ini, banyak sekali" Komentar salah satu Malaikat
"Betul" Jawab yang lainya.
"Berapa kira - kira jumlah keseluruhan?"
"Tujuh ratus ribu"
"Pantas"
"Eh, kamu tahu nggak, dari jumlah tersebut berapa kira - kira yang mabrur",

Selidik Malaikat yang mengetahui jumlah orang - orang haji tahun itu
"Wah, itu sih urusan Allah"
"Dari jumlah itu, tak satupun yang mendapatkan haji Mabrur"
"Kenapa?"
"Macam - macam, ada yang karena riyak, ada yang tetangganya lebih memerlukan uang tapi tidak dibantu dan dia malah haji, ada yang hajinya sudah berkali kali, sementara masih banyak orang yang tidak mampu, dan berbagai sebab lainnya'
"Terus?"
"Tapi Masih ada, orang yang mendapatkan Pahala haji mabrur tahun ini"
"Lho katannya tidak ada"
"Ya, karena orangnya tidak naik haji"
"Kok bisa"
"Begitulah"
"Siapa orang tersebut?"
"Sa'id bin Muhafah, tukang sol sepatu di kota Damsyiq"

Mendengar ucapan itu, Hasan Al-Basyri langsung terbangun. Sepulang dari Makkah, ia tidak langsung ke Mesir, Tapi langsung menuju kota Damsyiq (Siria). Sesampai disana ia langsung mencari tukang sol sepatu yang disebut Malaikat dalam mimpinya. Hampir semua tukang sol sepatu ditanya, apa memang ada tukang sol sepatu yang namanya Sa'id bin Muhafah.
"Ada, ditepi kota" Jawab salah seorang sol sepatu sambil menunjukkan arahnya. Sesampai disana Hasan Al-Basyri menemukan tukang sepatu yang berpakaian lusuh,
"Benarkah anda bernama Sa'id bin Muhafah?" tanya Hasan Al-Basyri
"Betul, kenapa?"

Sejenak Hasan Al-Basyri kebingungan, dari mana ia memulai pertanyaanya, akhirnya iapun menceritakan perihal mimpinya. "Sekarang saya tanya, adakah sesuatu yang telah anda perbuat, sehingga anda berhak mendapatkan pahala haji mabrur, barang kali mimpi itu benar" selidik Hasan Al-Basyri sambil mengakhiri ceritanya.

"Saya sendiri tidak tahu, yang pasti sejak puluhan tahun yang lalu saya memang sangat rindu Makkah, untuk menunaikan ibadah haji. Mulai saat itu setiap hari saya menyisihkan uang dari hasil kerja saya, sebagai tukang sol sepatu. Sedikit demi sedikit saya kumpulkan. Dan pada tahun ini biaya itu sebenarnya telah terkumpul"

"Tapi anda tidak berangkat haji"
"Benar"
"Kenapa?"
"Waktu saya hendak berangkat ternyata istri saya hamil, dan saat itu dia ngidam berat"
"Terus?"
"Ngidamnya aneh, saya disuruh membelikan daging yang dia cium, saya cari sumber daging itu, ternyata berasal dari gubug yang hampir runtuh, disitu ada seorang janda dan enam anaknya. Saya bilang padanya bahwa istri saya ingin daging yang ia masak, meskipun secuil. Ia bilang tidak boleh, hingga saya bilang bahwa dijual berapapun akan saya beli, dia tetap mengelak.

Akhirnya saya tanya kenapa?.. "daging ini halal intuk kami dan haram untuk tuan" katanya
"Kenapa?" tanyaku lagi ,
"Karena daging ini adalah bangkai keledai, bagi kami daging ini adalah halal, karena andai kami tak memakanya tentulah kami akan mati kelaparan," Jawabnya sambil menahan air mata.

Mendengar ucapan tersebut sepontan saya menangis, lalu saya pulang, saya ceritakan kejadian itu pada istriku, diapun menangis, akhirnya uang bekal hajiku kuberikan semuanya untuk dia"

Mendengar cerita tersebut Hasan Al-Basyripun tak bisa menahan air mata."Kalau begitu engkau memang patut mendapatkanya" Ucapnya.

DIKUTIP DARI SUMBER WWW.KANGTRIS.COM

Read More......

Kisah Tsabit bin Ibrahim

Seorang lelaki yang saleh bernama Tsabit bin Ibrahim sedang berjalan di pinggiran kota Kufah. Tiba-tiba dia melihat Sebuah apel jatuh keluar pagar sebuah kebun buah-buahan.

Melihat apel yang merah ranum itu tergeletak di tanah membuat air liur Tsabit terbit, apalagi di hari yang panas dan tengah kehausan. Maka tanpa berpikir panjang dipungut dan dimakannyalah buah apel yang lezat itu, akan tetapi baru setengahnya di makan dia teringat bahwa buah itu bukan miliknya dan dia belum mendapat ijin pemiliknya.


Maka ia segera pergi kedalam kebun buah-buahan itu hendak menemui pemiliknya agar menghalalkan buah yang telah dimakannya. Di kebun itu ia bertemu dengan seorang lelaki. Maka langsung saja dia berkata, "Aku sudah makan setengah dari buah apel ini. Aku berharap Anda menghalalkannya". Orang itu menjawab, "Aku bukan pemilik kebun ini. Aku Khadamnya yang ditugaskan merawat dan mengurusi kebunnya".

Dengan nada menyesal Tsabit bertanya lagi, "Dimana rumah pemiliknya? Aku akan menemuinya dan minta agar dihalalkan apel yang telah kumakan ini." Pengurus kebun itu memberitahukan, "Apabila engkau ingin pergi kesana maka engkau harus menempuh perjalan sehari semalam".

Tsabit bin Ibrahim bertekad akan pergi menemui si pemilik kebun itu. Katanya kepada orang tua itu, "Tidak mengapa. Aku akan tetap pergi menemuinya, meskipun rumahnya jauh. Aku telah memakan apel yang tidak halal bagiku karena tanpa seijin pemiliknya. Bukankah Rasulullah Saw sudah memperingatkan kita lewat sabdanya : "Siapa yang tubuhnya tumbuh dari yang haram, maka ia lebih layak menjadi umpan api neraka"

Tsabit pergi juga ke rumah pemilik kebun itu, dan setiba di sana dia langsung mengetuk pintu. Setelah si pemilik rumah membukakan pintu, Tsabit langsung memberi salam dengan sopan, seraya berkata," Wahai tuan yang pemurah, saya sudah terlanjur makan setengah dari buah apel tuan yang jatuh ke luar kebun tuan. Karena itu maukah tuan menghalalkan apa yang sudah kumakan itu ?"

Lelaki tua yang ada dihadapan Tsabit mengamatinya dengan cermat. Lalu dia berkata tiba-tiba, "Tidak, aku tidak bisa menghalalkannya kecuali dengan satu syarat." Tsabit merasa khawatir dengan syarat itu karena takut ia tidak bisa memenuhinya. Maka segera ia bertanya, "Apa syarat itu tuan ?" Orang itu menjawab, "Engkau harus mengawini putriku !"

Tsabit bin Ibrahim tidak memahami apa maksud dan tujuan lelaki itu, maka dia berkata, "Apakah karena hanya aku makan setengah buah apelmu yang keluar dari kebunmu, aku harus mengawini putrimu ?"

Tetapi pemilik kebun itu tidak menggubris pertanyaan Tsabit. Ia malah menambahkan, katanya, "Sebelum pernikahan dimulai engkau harus tahu dulu kekurangan-kekurangan putriku itu. Dia seorang yang buta, bisu, dan tuli. Lebih dari itu ia juga seorang yang lumpuh!"

Tsabit amat terkejut dengan keterangan si pemilik kebun. Dia berpikir dalam hatinya, apakah perempuan seperti itu patut dia persunting sebagai istri gara-gara setengah buah apel yang tidak dihalalkan kepadanya? Kemudian pemilik kebun itu menyatakan lagi, "Selain syarat itu aku tidak bisa menghalalkan apa yang telah kau makan !"
Namun Tsabit kemudian menjawab dengan mantap, "Aku akan menerima pinangannya dan perkawinanya. Aku telah bertekad akan mengadakan transaksi dengan Allah Rabbul 'alamin. Untuk itu aku akan memenuhi kewajiban-kewajiban dan hak-hakku kepadanya karena aku amat berharap Allah selalu meridhaiku dan mudah-mudahan aku dapat meningkatkan kebaikan-kebaikanku di sisi Allah Ta'ala".

Maka pernikahan pun dilaksanakan. Pemilik kebun itu menghadirkan dua saksi yang akan menyaksikan akad nikah mereka. Sesudah perkawinan usai, Tsabit dipersilahkan masuk menemui istrinya. Sewaktu Tsabit hendak masuk kamar pengantin, dia berpikir akan tetap mengucapkan salam walaupun istrinya tuli dan bisu, karena bukankah malaikat Allah yang berkeliaran dalam rumahnya tentu tidak tuli dan bisu juga. Maka iapun mengucapkan salam ,"Assalamu'alaikum..."

Tak dinyana sama sekali wanita yang ada dihadapannya dan kini resmi jadi istrinya itu menjawab salamnya dengan baik. Ketika Tsabit masuk hendak menghampiri wanita itu , dia mengulurkan tangan untuk menyambut tangannya . Sekali lagi Tsabit terkejut karena wanita yang kini menjadi istrinya itu menyambut uluran tangannya.

Tsabit sempat terhentak menyaksikan kenyataan ini. "Kata ayahnya dia wanita tuli dan bisu tetapi ternyata dia menyambut salamnya dengan baik. Jika demikian berarti wanita yang ada dihadapanku ini dapat mendengar dan tidak bisu. Ayahnya juga mengatakan bahwa dia buta dan lumpuh tetapi ternyata dia menyambut kedatanganku dengan ramah dan mengulurkan tangan dengan mesra pula", Kata Tsabit dalam hatinya.
Tsabit berpikir, mengapa ayahnya menyampaikan berita-berita yang bertentangan dengan yang sebenarnya ?

Setelah Tsabit duduk di samping istrinya , dia bertanya, "Ayahmu mengatakan kepadaku bahwa engkau buta . Mengapa ?" Wanita itu kemudian berkata, "Ayahku benar, karena aku tidak pernah melihat apa-apa yang diharamkan Allah".

Tsabit bertanya lagi, "Ayahmu juga mengatakan bahwa engkau tuli. Mengapa?"
Wanita itu menjawab, "Ayahku benar, karena aku tidak pernah mau mendengar berita dan cerita orang yang tidak membuat ridha Allah.

Ayahku juga mengatakan kepadamu bahwa aku bisu dan lumpuh, bukan ?" Tanya wanita itu kepada Tsabit yang kini sah menjadi suaminya. Tsabit mengangguk perlahan mengiyakan pertanyaan istrinya. Selanjutnya wanita itu berkata, "aku dikatakan bisu karena dalam banyak hal aku hanya menggunakan lidahku untuk menyebut asma Allah Ta'ala saja. Aku juga dikatakan lumpuh karena kakiku tidak pernah pergi ke tempat-tempat yang bisa menimbulkan kegusaran Allah Ta'ala".

Tsabit amat bahagia mendapatkan istri yang ternyata amat saleh dan wanita yang memelihara dirinya. Dengan bangga ia berkata tentang istrinya, "Ketika kulihat wajahnya... Subhanallah , dia bagaikan bulan purnama di malam yang gelap".

Tsabit dan istrinya yang salihah dan cantik itu hidup rukun dan berbahagia. Tidak lama kemudian mereka dikaruniai seorang putra yang ilmunya memancarkan hikmah ke seluruh penjuru dunia. Itulah Al Imam Abu Hanifah An Nu'man bin Tsabit.


Read More......

Andaikata Lebih Panjang Lagi....

Seperti yang telah biasa dilakukannya ketika salah satu sahabatnya meninggal dunia Rosulullah mengantar jenazahnya sampai ke kuburan. Dan pada saat pulangnya disempatkannya singgah untuk menghibur dan menenangkan keluarga almarhum supaya tetap bersabar dan tawakal menerima musibah itu. Kemudian Rosulullah berkata, "tidakkah almarhum mengucapkan wasiat sebelum wafatnya?" Istrinya menjawab, saya mendengar dia mengatakan sesuatu diantara dengkur nafasnya yang tersengal-sengal menjelang ajal"


"Apa yang di katakannya?"
"Saya tidak tahu, ya Rosulullah, apakah ucapannya itu sekedar rintihan sebelum mati, ataukah pekikan pedih karena dasyatnya sakaratul maut. Cuma, ucapannya memang sulit dipahami lantaran merupakan kalimat yang terpotong-potong."

"Bagaimana bunyinya?" desak Rosulullah.
Istri yang setia itu menjawab,"suami saya mengatakan "Andaikata lebih panjang lagi....andaikata yang masih baru....andaikata semuanya...." hanya itulah yang tertangkap sehingga kami bingung dibuatnya. Apakah perkataan-perkataan itu igauan dalam keadaan tidak sadar,ataukah pesan-pesan yang tidak selesai?"

Rosulullah tersenyum."sungguh yang diucapkan suamimu itu tidak keliru,"ujarnya. Kisahnya begini. pada suatu hari ia sedang bergegas akan ke masjid untuk melaksanakan shalat jum'at. Ditengah jalan ia berjumpa dengan orang buta yang bertujuan sama. Si buta itu tersaruk-saruk karena tidak ada yang menuntun. Maka suamimu yang membimbingnya hingga tiba di masjid. Tatkala hendak menghembuskan nafas penghabisan, ia menyaksikan pahala amal sholehnya itu, lalu iapun berkata "andaikan lebih panjang lagi".Maksudnya, andaikata jalan ke masjid itu lebih panjang lagi, pasti pahalanya lebih besar pula.

Ucapan lainnya ya Rosulullah?"tanya sang istri mulai tertarik.
Nabi menjawab,"adapun ucapannya yang kedua dikatakannya tatkala, ia melihat hasil perbuatannya yang lain. Sebab pada hari berikutnya, waktu ia pergi ke masjid pagi-pagi, sedangkan cuaca dingin sekali, di tepi jalan ia melihat seorang lelaki tua yang tengah duduk menggigil, hampir mati kedinginan. Kebetulan suamimu membawa sebuah mantel baru, selain yang dipakainya. Maka ia mencopot mantelnya yang lama, diberikannya kepada lelaki tersebut. Dan mantelnya yang baru lalu dikenakannya. Menjelang saat-saat terakhirnya, suamimu melihat balasan amal kebajikannya itu sehingga ia pun menyesal dan berkata, "Coba andaikan yang masih baru yang kuberikan kepadanya dan bukan mantelku yang lama, pasti pahalaku jauh lebih besar lagi".Itulah yang dikatakan suamimu selengkapnya.

Kemudian, ucapannya yang ketiga, apa maksudnya, ya Rosulullah?" tanya sang istri makin ingin tahu. Dengan sabar Nabi menjelaskan,"ingatkah kamu pada suatu ketika suamimu datang dalam keadaan sangat lapar dan meminta disediakan makanan? Engkau menghidangkan sepotong roti yang telah dicampur dengan daging. Namun, tatkala hendak dimakannya, tiba-tiba seorang musyafir mengetuk pintu dan meminta makanan. Suamimu lantas membagi rotinya menjadi dua potong, yang sebelah diberikan kepada musyafir itu. Dengan demikian, pada waktu suamimu akan nazak, ia menyaksikan betapa besarnya pahala dari amalannya itu. Karenanya, ia pun menyesal dan berkata ”kalau aku tahu begini hasilnya, musyafir itu tidak hanya kuberi separoh. Sebab andaikata semuanya kuberikan kepadanya, sudah pasti ganjaranku akan berlipat ganda.”

Memang begitulah keadilan Tuhan. Pada hakekatnya, apabila kita berbuat baik, sebetulnya kita juga yang beruntung, bukan orang lain. Lantaran segala tindak-tanduk kita tidak lepas dari penilaian Allah. Sama halnya jika kita berbuat buruk. Akibatnya juga akan menimpa kita sendiri.Karena itu Allah mengingatkan: "kalau kamu berbuat baik, sebetulnya kamu berbuat baik untuk dirimu. Danjika kamu berbuat buruk, berarti kamu telah berbuat buruk atas dirimu pula."(surat Al Isra':7)

DIKUTIP DARI SUMBER WWW.KANGTRIS.COM

Read More......

Indahnya Buah Kesabaran

Di suatu pagi pagi seseorang yang muda usia kelihatan datang tergopoh – gopoh ke sebuah rumah di Dusun Limbangan namanya. Dusun Limbangan kebetulan masuk wilayah Desa Kutawis, sebuah dusun yang terletak di sebelah timur perbatasan antara wilayah Purbalingga dengan Banjarnegara.


Dusun itu termasuk dusun yang terlihat sudah maju pertaniannya, di kanan kiri jalan terlihat berbagai tanaman hijau menghias di pelupuk mata. Desiran angin pagi seolah mengiringi kesejukan suasana yang terpancar di dusun itu.

“Assalamualaikum ….” terdengar sebuah salam dari pemuda itu. ”Wa’alaikum salam…”, terdengar jawaban ustadz Ahmad dari dalam rumah. Ya .. rupanya pemuda itu datang ke bersilaturahim ke tempat ustadz Ahmad. Setahu saya ustadz Ahmad merupakan salah seorang yang cukup gigih mengembangkan kehidupan beragama di dusun tersebut. Setelah sekian lama menimba ilmu di beberapa pesantren, iapun kembali ke kampungya dengan tujuan menyiarkan agama Islam. Saya ingat betul saat itu, dusun tersebut masih banyak yang enggan sholat. Bahkan ada yang sholat hanya setahun dua kali saja, yakni sholat I’dul Fitri dan I’dul Adha. Namun keadaan sekarang jauh berubah.

Setelah kedatangan ustadz Ahmad, setiap sore banyak anak – anak kecil yang belajar mengaji ke masjid tempat ustadz Ahmad mengajar. Kalau dulu orang – orang hanya berbondong – bondong sholat pada saat sholat I’dul Fitri dan I’dul Adha saja, sekarang setiap sholat jum’at, masjid – masjid di dusun itu kelihatan ramai. Tidak hanya itu hampir setiap bulan diadakan pengajian yang melibatkan warga, dan saat – saat tertentu mengadakan Pengajian Akbar dengan mengundang penceramah dari luar daerah.

Setelah ngobrol ngalor – ngidul, akhirnya pemuda itu mulai mengutarakan maksud kedatangannya ke ustadz Ahmad. “Begini ustadz, saya sudah beristeri lebih dari lima tahun, pada awalnya rumah tangga saya berjalan dengan tenang dan membahagiakan, karena kebetulan isteri saya ini saya nikahi atas dasar saling mencintai.” ungkap si pemuda kepada ustadz Ahmad.

“Namun, akhir – akhir ini kebahagiaan yang dulu saya rasakan mulai hilang dari keluarga kami. Isteri saya mulai menampakkan sifat aslinya yang pemarah, materialistis, dan super cerewet. Semua tindakan saya selalu dikomentari. Semua itu saya coba jalani dengan sabar dan mengalah. Namun beberapa hari ini, yang membuat saya hamper-hampir tidak kuat adalah isteri saya mulai menjelek-jelekan saya di muka umum. Ia mulai menceritakan segala kelemahan saya di depan teman – temannya.” Si pemuda mulai berkeluh kesah kepada ustadz Ahmad.

“Kalo begini terus menerus…apa saya kuat ustadz ? apa yang sebaiknya harus saya lakukan ?” tanya si pemuda. Mendengar keluhan si pemuda itu, rupanya ustadz Ahmad tidak langsung menanggapinya. Sesaat kemudian terlihat ustadz Ahmad mempersilahkan si pemuda itu untuk minum dan menikmati hidangan ubi goreng yang sudah tersedia di mejanya.

Setelah menghela nafas sesaat, ustadz Ahmad mulai bercerita kepada si pemuda itu.

Tersebutlah ada dua lelaki yang berkawan akrab. Mereka adalah Hasan dan Ismail. Keduanya orang shalih yang taat beribadah. Karena tempat mereka berjauhan, tidak mungkin keduanya selalu bertemu. Namun ada kebiasaan di antara mereka, setiap setahun sekali Hasan selalu datang ke rumah Ismail.

Suatu hari Hasan berkunjung ke rumah sahabatnya itu. Tiba di rumah Ismail, ia mendapatkan pintu rumah temannya itu tertutup rapat. Setelah beberapa kali mengetuk pintu terdengar sahutan istri sahabatnya dari dalam rumah, “Siapakah kamu yang mengetuk-ngetuk pintu?”

Kemudian Hasan menjawab, “Saya Hasan, sahabat suamimu. Aku datang untuk mengunjunginya hanya karena Allah SWT.”

“Dia sedang pergi mencari kayu bakar. Mudah-mudahan saja ia tidak kembali lagi!” jawab istri Ismail sambil memaki dan mencela suaminya sendiri.

Mendengar jawaban seperti itu, Hasan keheranan. Belum hilang keheranannya, tiba-tiba muncul Ismail. Ia datang sambil menuntun seekor harimau yang di punggungnya terdapat seikat kayu bakar. Begitu melihat Hasan, Ismail langsung menghambur mendekat sambil mengucapkan salam kehangatan.

Setelah menurunkan kayu bakar dari punggung harimau, Hasan berkata kepada harimau itu, “Sekarang pergilah, mudah-mudahan Allah SWT memberkatimu!”

Ismail mempersilakan tamunya masuk ke dalam rumah. Sementara mereka bercakap-cakap, istri Ismail masih terus bergumam memaki-maki suaminya. Ismail diam saja.

Hasan keheranan bercampur takjub melihat kesabaran sahabatnya itu meskipun istrinya terus memaki, ia tetap tidak memperlihatkan muka kebencian. Hasan pulang menyimpan rasa kagum terhadap Ismail yang sanggup menekan rasa marahnya menghadapi istrinya yang begitu cerewet dan berlidah panjang.

Satu tahun berlalu. Seperti kebiasaannya, Hasan kembali mengunjungi sahabatnya, Ismail. Ketika mengetuk pintu rumah Ismail, dari dalam terdengar langkah-langkah kaki. Beberapa saat kemudian terlihatlah istri sahabatnya yang dengan senyum ramah menyapanya, “Tuan ini siapa?”

“Aku sahabat suamimu. Kedatanganku semata untuk mengunjunginya karena Allah,” jawab Hasan.

Istri Ismail menyapa ramah, lalu mempersilakan tamunya duduk menunggu suaminya. Tak lama kemudian Ismail datang membawa seikat besar kayu bakar di atas pundaknya. Dua sahabat itu pun segera terlibat perbincangan serius. Hasan menanyakan beberapa hal yang membuatnya keheranan. Tentang keadaan istrinya yang sangat jauh berbeda dibanding setahun yang lalu. Ia juga menanyakan bagaimana Ismail mampu menaklukkan seekor harimau sehingga binatang buas itu mau memanggul kayu bakarnya. Mengapa ia sekarang tidak bersama-sama dengan binatang itu lagi ?

Ismail segera menjelaskan, “Ketahuilah sahabatku. Istriku yang dulu meninggal setelah sekian lama aku berusaha bersabar menghadapi perangai buruknya. Atas kesabaran itulah, Allah SWT memberi kemudahan bagiku untuk menundukkan seekor harimau seperti yang engkau lihat. Allah juga memberiku karunia berupa istri shalihah seperti yang engkau lihat sekarang. “Aku gembira mendapatkannya, maka harimau itu pun dijauhkan dariku. Aku memanggul sendiri kayu bakar.”
Setelah mendengar cerita itu dari ustadz Ahmad, pemuda itu bertanya, ” Jadi kalau saya terus bersabar saya bisa menundukkan harimau ?. ”He..he...bukan itu maksud saya...” celoteh ustadz Ahmad sambil terkekeh – kekeh.

”Ketahuilah setiap kesabaran yang kita lakukan pasti akan ada buahnya, setiap kesabaran yang kita jalankan dengan ikhlas, limpahan hikmah akan tercurah kepada kita. Namun hanya orang – orang yang memiliki kebeningan jiwa yang bisa menerima cahaya hikmah itu. Mulailah buka ruang hatimu.” kata sang ustadz.

”Sebelum kamu bertanya, ”kuatkah aku mendapat perlakuan isteri seperti ini ?”, akan lebih baik, tanyakan kepada dirimu, ”seberapa baikkah perlakuanmu terhadap Allah”, bisa jadi perangai isterimu itu, cara Allah untuk menumbuhkembangkan ”jiwa kesabaranmu”. Perangi isterimu yang dari kacamata umum sangat memalukan, bisa jadi Allah sedang mempersiapkan jiwamu, karena akan memberimu sebuah anugerah yang begitu agung, sehingga kebesaran jiwamu harus disiapkan.” begitu untaian indah ustadz Ahmad mulai mengalir.

”Jadi yang harus saya lakukan apa ustadz ?” sergah si pemuda dengan lirih. Ustadz Ahmadpu kembali berkata, ” Lebih dekatkanlah dirimu kepada Allah... jika kemarin sholatmu bolong – bolong, berjanjilah dan lakukanlah mulai sekarang tidak bolong – blong lagi. Cobalah bangun di tengah malam, memohon dengan hati yang khusyuk minta petunjuk supaya diberi jalan yang terbaik.”

”Mulailah menghargai atas apa yang dilakukan isterimu, dengan pujian, karena kebanyakan suami tidak bisa menghargai kerja keras isteri walaupun mereka sudah bekerja 24 jam.” Untaian ustadz Ahmad terus mengalir.

Perlahan – lahan si pemuda itu, mulai menunduk dan trenyuh hatinya. Iapun mulai terbuka hatinya tentang apa yang selama ini tidak dilakukan. Selain sholatnya yang bolong – bolong, iapun jarang menghargai kerja keras isterinya, karena merasa sudah jengkel dengan perilakunya. Padahal, bisa saja isterinya berbuat itu karena merasa tidak dihargai oleh istrinya.

Setelah lama duduk termenung, si pemuda itupun pamitan untuk pulang dengan segudang cahaya pemahaman yang telah ia dapatkan.

Wallahu a’lam.

DIKUTIP DARI SUMBER WWW.KANGTRIS.COM

Read More......

Kutemukan Sebuah Cahaya

Pagi itu bertepatan hari sabtu, dari sebuah room Deluxe Suite Hotel Lor In yang terletak di Jalan Adi Sucipto Solo, tampak seorang pemuda masih asyik bermalas-malasan dengan melihat tayangan sebuah program berita, ”Apa Kabar Indonesia Pagi” di TV One. Terlihat tayangan yang dikemas secara santai, dengan konsep outdoor yang berlokasi di sebuah lapangan di Jakarta.


Tampak disana, lalu lalang orang – orang yang sedang berlari – lari kecil, dengan handuk kecil di pundaknya. Sementara sang host, sedang santai mewawancari dua orang nara sumber, yang kebetulan sedang membahas dampak pengeboman Hotel JW Marriot dan Ritz Carlton bagi ekonomi makro di Indonesia.

Edi Sutanto namanya, seorang Account Officer dari sebuah lembaga ventura di Jakarta. Kebetulan hari jum’at kemarin ia bertemu dengan salah seorang klient, untuk melakukan survei dan menganalisa kelayakan proposal pembiayaan dari sebuah perusahaan agriculture di Solo. Dari hasil analisa diperoleh data bahwa payback period project tersebut terlalu lama, IRR maupun NPV juga tidak masuk. Belum lagi ditambah aspek manajemen yang lain, sehingga ia mengambil kesimpulan bahwa perusahaan tersebut untuk tidak layak untuk dibiayai, namun pemilik perusahaan tersebut mengemis – ngemis supaya proposalnya disetujui. Bahkan tidak hanya itu, menjelang ia akan kembali ke hotel tempat menginapnyapun, ia sempat ditawari sejumlah uang sebagai success fee jika proposalnya disetujui.

Jam dinding telah menunjukkan pukul 09.00 pagi, tampak Edi keluar dari roomnya. Ia berpakaian santai dengan mengenakan kaos oblong putih dan jelana jeans warna biru, sementara di telapak tangan kanannya tergenggam sebuah Blackberry Bold. Iapun berjalan keluar dari hotel menuju jalan raya di jalan Adi Sucipto, terlihat ia melambaikan tangan kepada seorang tukang becak yang berjejer tidak jauh dari hotel tersebut.

”Pak, jalan – jalan muter Solo ya ?”, pintanya kepada tukang becak itu. ”Monggo mas.” jawab si tukang becak. Rupanya Edi ingin jalan – jalan menikmati keindahan kota Solo dengan naik becak. ”Ke Manahan aja dulu pak ? ” terdengar Edi berbicara kepada si tukang becak. Becakpun melaju menuju lapangan Manahan Solo dengan santai, sementara di kanan jalan berseliweran kendaraan pribadi dan umum membuat angin menerpa Edi dan tukang becak itu. Terlihat sesekali Edi bertanya asal usul si tukang becak itu, dan dengan suara khas Solo, tukang becak menjawabnya. Sesampai di Manahan, Edipun berhenti sejenak. Terlihat kemudian Edi makan di warung lesehan yang ada di sekitar stadion itu, Edi berusaha menawarkan si tukang becak itu, namun dengan santun tukang becak menolaknya.

Setelah ke Manahan, kemudian Edi dan tukang becak berjalan lagi menuju Jalan Slamet Riyadi menikmati keindahan di kota Solo. Tak terasa waktu sudah berangsur sore, becakpun bergerak menuju Jalan Adi Sucipto ke Hotel Lor In tempat Edi menginap. Ketika sudah selesai, Edipun mengeluarkan uang seratus ribu dan diberikan kepada tukang becak tersebut. Namun tanpa disangka tukang becak itu berkata, ”Mas, nyuwun ngapunten, ini terlalu banyak bagi saya.” begitu kata tukang becak itu. ”Ya..ga apa-apa, itung – itung dapat rejeki tambahan dari saya.” kata Edi. Namun, dengan sederhana tukang becak itupun berkata, ” Mas, biasanya dalam satu hari, paling besar saya dapat ya lima puluh ribu, jadi kalau seratus ribu, terlalu banyak. Hak saya cuma lima puluh ribu mas.” Mendengar jawaban itu Edi agak berkenyit, iapun berkata, ”Ya sudah...bagaimana kalo kita makan bareng saja pak, pakai uang yang lima puluh ribu ini, gimana ? ” tanya Edi.

”Begini mas, bukan menolak rejeki tapi saya dapat lima puluh ribu hari ini saja, saya sudah bersyukur, karena kebutuhan dua hari saya dan keluarga sudah tercukupi.” Begitu kata – kata akhir dari si tukang becak. Akhirnya Edipun mengganti uang yang seratus ribu itu dengan lima puluh ribuan. Kemudian tampak tukang becakpun pergi meninggalkan Edi, yang kelihatan masih terheran – heran dengan perilaku tukang becak tersebut.

Sesaat kemudian tampak Edipun masuk ke roomnya di Hotel Lor In, kemudian ia terlihat duduk merenung. Ia menatap keluar lewat jendela, ia pandangi Jalan Adi Sucipto dimana ia bertemu dengan tukang becak tadi. Fikirannya melalang jauh, terlintas bagaimana kemarin ia ditawari sejumlah uang sebagai success fee, jika ia bisa meloloskan proposal klientnya.

”Hem...tukang becak saja bisa bersyukur...” gumannya dalam hati. Iapun lama termenung, merenungi diri sendiri, sambil bertanya dalam hati, ”sudahkah saya termasuk golongan orang yang bersyukur ?” Ia begitu miris, ketika memandangi dalam – dalam dirinya di kaca cermin, betapa dalam hatinya, selalu merasa ”kurang dan kurang”. Iapun tertegun, perlahan mengambil air di wastafel membasuk mukanya yang terasa kering sambil berkata lirih....astaghfirullahal’adzim. Sesaat kemudian ia mulai merasa menemukan sebuah cahaya....cahaya yang mengingatkan agar ia bisa bersyukur. Telah banyak artikel yang ia lihat tentang bersyukur, tidak sedikit buku yang ia baca yang mengupas makna dan pentingnya bersyukur, namun ia tidak begitu tersentuh oleh artikel dan buku – buku itu, justru hatinya tersentuh oleh tingkah seorang tukang becak.

DIKUTIP DARI SUMBER WWW.KANGTRIS.COM

Read More......

Seribu Keistimewaan

Suatu sore sehabis maghrib, terlihat seorang berusia empat puluhan tahun datang berkunjung ke tempat Kyai Ilyas. Orang itu berpakaian sederhana, berperawakan sedikit kerempeng, memakai baju koko hijau, dan berkain sarung, terlihat kopiah hitam menempel di kepalanya. Itulah ustadz Ahmad yang datang dari kampung sebelah bersilaturahim ke tempat Kyai Ilyas.


Setelah bercengkerama tentang keadaan keluarga, ustadz Ahmad mulai bercerita kepada Kyai Ilyas. ”Begini rama kyai, kemarin waktu hari jum’atan di masjid tempat saya biasa mengajar, ada seseorang yang begitu mengagumkan, rama kyai...” ungkap ustadz Ahmad mulai bercerita. ”Mengagumkan gimana...?” tanya Kyai Ilyas.

”Ada seseorang namanya Parmin, ia sebenarnya orang biasa yang pekerjaan sehari-hari asalnya tukang ngarit (pencari rumput) membuat kami semua terkesima. Tiga bulan ia pergi entah kemana, sekitar seminggu ini ia pulang kampung. Pada saat kencleng (kaleng/tempat infak di masjid) dikelilingkan, dan pas sampai ke dia, ia tiba-tiba mengeluarkan dari saku bajunya uang satu juta, terus dimasukkan ke kencleng sebagai infak.” ”Lo...apa hebatnya ?”, sergah kyai Ilyas.

”Begini rama kyai .....pertama, uang sebanyak itu di tempat saya bukanlah uang yang sedikit, apalagi mau menginfakkan, apatah lagi yang menginfakkan itu seorang Parmin yang dulunya tukang ngarit. Kedua, uang yang diinfakkan itu adalah uang yang tiba-tiba muncul di saku Parmin, karena orang – orang yang di sekelilingnya juga melihat, awalnya di saku Parmin kelihatan tidak ada uang sama sekali, apa itu namanya tidak hebat rama kyai ?” begitu cerita ustadz Ahmad.

Mendengar penuturan ustadz Ahmad, Kyai Ilyas menghela nafas panjang.

”Udah cuma itu saja ?” tanya Kyai Ilyas
”Belum....rama kyai...”, jawab ustadz Ahmad, dengan sedikit tersenyum. ”Setelah selesai sholat jum’at, iapun membagi-bagikan uang kepada beberapa orang temennya yang dulu sama-sama tukang ngarit, dan orang – orang yang memang tidak mampu, dan uang yang dibagi-bagikan itupun uang yang tiba-tiba ada di kantong sakunya.”

”O...begitu saja to....” sergah Kyai Ilyas.

”Belum selesai, rama kyai....” sergah ustadz Ahmad sambil sedikit tertawa. ”Sekarang rumahnya Parmin, ramai didatangi orang. Awalnya yang datang memang minta dibantu urusan hutang piutang, kemudian ada juga yang datang karena anaknya ada yang sakit..minta obat, dan sekarang ramai-ramai pemuda di kampung situ minta diajari ilmu kebal.” ungkap ustadz Ahmad dengan berapi-api.

Setelah mendengar cerita ustadz Ahmad, Kyai Ilyaspun terdiam. Melihat kyai Ilyas diam, ustadz Ahmadpun ikut terdiam. Agak lama mereka berdiam, sementara dari dalam masjid di pesantren itu, sayup – sayup terdengar seorang santri sedang tadarus Al Qur’an.

Sesekali, terlihat ustadz Ahmad mengambil teh poci yang sudah terhidang dari tadi di meja tamu.

”Begini........”, tiba – tiba Kyai Ilyas mulai berbicara.

Suatu ketika, Syeikh Abu Yazid al-Bisthamy pernah didatangi muridnya, yang melaporkan karomah dan kehebatan seseorang.

“Dia bisa menyelam di lautan dalam waktu cukup lama…”
“Saya lebih kagum pada paus di lautan…”
“Dia bisa terbang…!” kata muridnya.
“Saya lebih heran, burung kecil terbang seharian…karena kondisinya memang demikian,” jawabnya.
“Lhah, dia ini bisa sekejap ke Mekkah…”
“Saya lebih heran pada Iblis sekejap bisa mengelilingi dunia…Namun dilaknat oleh Allah.”

Kyai Ilyaspun, kemudian berkata lagi,

“Yang mengagumkan bukannya orang yang memasukkan tangan ke kantong sakunya, lalu menafkahkan apa saja dari kantong itu. Yang mengagumkan adalah orang yang memasukkan tangannya ke kantong sakunya karena merasa ada sesuatu yang disimpan di sana. Begitu ia masukkan tangannya ke sakunya, sesuatu itu tidak ada, namun dirinya tidak berubah (terkejut) sama sekali.”

Jadi karomah itu sesungguhnya hanyalah cara Allah memberikan pelajaran kepada yang diberi karomah agar perjalanan ruhaninya tidak berhenti, sehingga semakin menanjak, semakin naik, bukan untuk menunjukkan keistimewaanya.

Yang istimewa adalah istiqomah sebab istiqomah itu lebih hebat dibanding seribu karomah, dan memang, hakikat karomah adalah istiqomah itu sendiri.

Mendengar ungkapan Kyai Ilyas, ustadz Ahmad hanya menunduk, dari bibirnya hanya lirih sebuah ucapan....astagfirullahhal’adzim..... Ia mulai merasa malu terhadap sikap kekagumannya terhadap Parmin.

Wallahu’alam.


DIKUTIP DARI SUMBER WWW.KANGTRIS.COM

Read More......

Nenek Pemungut Daun

Dahulu di sebuah kota di Madura, ada seorang nenek tua penjual bunga cempaka. Ia menjual bunganya di pasar, setelah berjalan kaki cukup jauh. Usai jualan, ia pergi ke masjid Agung di kota itu. Ia berwudhu, masuk masjid, dan melakukan salat Zhuhur.

Setelah membaca wirid sekedarnya, ia keluar masjid dan membungkuk-bungkuk di halaman masjid. Ia mengumpulkan dedaunan yang berceceran di halaman masjid. Selembar demi selembar dikaisnya. Tidak satu lembar pun ia lewatkan. Tentu saja agak lama ia membersihkan halaman masjid dengan cara itu. Padahal matahari Madura di siang hari sungguh menyengat. Keringatnya membasahi seluruh tubuhnya


Banyak pengunjung masjid jatuh iba kepadanya. Pada suatu hari Takmir masjid memutuskan untuk membersihkan dedaunan itu sebelum perempuan tua itu datang.
Pada hari itu, ia datang dan langsung masuk masjid. Usai salat, ketika ia ingin melakukan pekerjaan rutinnya, ia terkejut. Tidak ada satu pun daun terserak di situ. Ia kembali lagi ke masjid dan menangis dengan keras. Ia mempertanyakan mengapa daun-daun itu sudah disapu sebelum kedatangannya. Orang-orang menjelaskan bahwa mereka kasihan kepadanya. “Jika kalian kasihan kepadaku,” kata nenek itu, “Berikan kesempatan kepadaku untuk membersihkannya.”

Singkat cerita, nenek itu dibiarkan mengumpulkan dedaunan itu seperti biasa. Seorang kiai terhormat diminta untuk menanyakan kepada perempuan itu mengapa ia begitu bersemangat membersihkan dedaunan itu. Perempuan tua itu mau menjelaskan sebabnya dengan dua syarat : pertama, hanya Kiai yang mendengarkan rahasianya; kedua, rahasia itu tidak boleh disebarkan ketika ia masih hidup. Sekarang ia sudah meniggal dunia, dan Anda dapat mendengarkan rahasia itu.


“Saya ini perempuan bodoh, pak Kiai,” tuturnya. “Saya tahu amal-amal saya yang kecil itu mungkin juga tidak benar saya jalankan. Saya tidak mungkin selamat pada hari akhirat tanpa syafaat Kanjeng Nabi Muhammad. Setiap kali saya mengambil selembar daun, saya ucapkan satu salawat kepada Rasulullah. Kelak jika saya mati, saya ingin Kanjeng Nabi menjemput saya. Biarlah semua daun itu bersaksi bahwa saya membacakan salawat kepadanya.“


Kisah ini saya dengar dari Kiai Madura yang bernama Zawawi Imran, membuat bulu kuduk saya merinding. Perempuan tua dari kampung itu bukan saja mengungkapkan cinta Rasul dalam bentuknya yang tulus. Ia juga menunjukkan kerendahan hati, kehinaan diri, dan keterbatasan amal dihadapan Allah swt. Lebih dari itu, ia juga memiliki kesadaran spiritual yang luhur : Ia tidak dapat mengandalkan amalnya. Ia sangat bergantung pada rahmat Allah. Dan siapa lagi yang menjadi rahmat semua alam selain Rasulullah SAW ?

DIKUTIP DARI SUMBER WWW.KANGTRIS.COM

Read More......

Kapan Mengingat Allah ?

Siang itu langit kota Bandung terlihat sedikit temaram, namun panasnya udara seolah tak mau berhenti, hingga di jalan – jalanpun rasa panas begitu terasa di badan, apalagi bagi yang mengendarai sepeda motor. Rasa panas itupun lebih menyengat lagi karena hari ini sudah memasuki bulan Ramadhan. Rasa lapar dan dahaga semakin menggelora di ujung tenggorokan, seolah ada sesuatu yang berusaha meronta-ronta sekuat tenaga untuk keluar dari sebuah ikatan.


Sementara itu di Jalan PHH Mustofa, terlihat sebuah mobil sedan BMW 320i Executive warna silver meluncur perlahan ke arah barat, terlihat didalamnya duduk seseorang yang masih cukup muda duduk di sebelah kiri driver. Duduknya terlihat santai, badanpun ia rebahkan ke jok mobilnya, tatapannya lurus ke depan seolah tak mau kehilangan apapun yang di depan matanya. Sesekali ia terlihat menelepon seseorang di sana, dengan Blackberry Bold di genggaman tangan kanannya.

“Gimana puasanya pak Hadi ?” tiba-tiba Johan bertanya kepada driver di sebelah kanannya. Pak Hadipun dengan lirih berkata, ”Alhamdulillah pak, insya allah lancar belum pernah bolong – bolong sih pak.”

”Pak... kita ambil kanan saja, nerobos lewat jalan kecil, setelah Itenas kita ambil kanan, kita lewat Dago atas saja pak...lebih hemat waktu sampai ke sheratonnya...” mendadak Johan memberi instruksi ke Pak Hadi supirnya. Rupanya mereka hendak menuju ke hotel Sheraton. Pak Hadipun membelokkan kendaraan ke kanan melewati Jalan Pahlawan menuju Hotel Sheraton namun melewati jalan yang cukup kecil.

Kendaraan berjalan dengan sedikit perlahan, karena ternyata jalan yang dilewatipun sedikit macet sedangkan jalan cukup sempit, maksud hati menghindari kemacetan namun walaupun lewat jalan yang lebih sempitpun masih sedikit macet juga. Sementara itu di dalam mobil terlihat Johan, sedikit menguap sedangkan Pak Hadi masih berkonsentrasi menghindari sliweran sepeda motor di sebelah kanannya.

”Saya itu agak bingung pak ?” mendadak Johan bertanya ke Pak Hadi. ”Emang kenapa pak ?”, balas Pak Hadi. ”Saya ini, nanti mau ketemu sama seseorang dari sebuah BUMN yang katanya mau ngasih proyek, tapi belum apa – apa, dia sudah berani minta uang di depan. Saya sebenarnya agak ragu, saya baru saja mau masuk ke BUMN itu, karena seperti Pak Hadi sendiri tahu, saya ga pernah berhubungan dengan BUMN, tapi ya itu...... baru mau masuk saja, aromanya sudah terasa menusuk...ha..ha..gimana menurut Pak Hadi ?” tanya Johan kepada Pak Hadi.

Mendengar pertanyaan itu, Pak Hadipun sedikit sedikit tersenyum, dan sedikit bicara, ”kayaknya memang hal seperti itu biasa kok pak, tapi kan gini pak...walaupun begitu bapak juga menikmati kan ?” balas Pak Hadi. ”Hus....walaupun saya begini, bukan hasil dari proyek begituan pak...saya ini justru baru masuk pertama kali di BUMN itu, kok keadaannya seperti itu, apa mereka ga takut ya ? gimana pertanggungjawabannya ?” balas Johan.
”Kalau menurut saya sih gini pak, orang – orang seperti itu jauh dari mengingat Allah” kata Pak Hadi.

”Jangan salah pak Hadi, orang ini sudah pergi haji ke Mekkah, bahasa arabnyapun tidak kalah fasih ?” balas Johan.

”itu bukan mengingat Allah pak....tapi hanya menyebut Allah, lisannya fasih menyebut Allah, namun hatinya kering dari Allah...sehingga kekeringan hatinya menembus ke batas lahirnya pak, kalau lahirnya ia bisa ke Mekah namun hatinya jauh dari Mekah. Kalau lisannya fasih menyebut asma Allah....hatinya mengingat selain Allah.... ” cerocos Pak Hadi tiba – tiba tanpa bisa ia bendung sendiri, padahal ia sedang berbicara dengan bosnya.

”e..e...maaf pak, saya jadi ngelantur....” tambah Pak Hadi setelah bisa sedikit menguasai diri.

”o..o...ga pak Hadi...ga apa-apa, saya malah jadi bingung...kok Pak Hadi bisa lancar bilang seperti itu gimana critanya ya ?

”Saya, juga ga tau pak, cuma tadi saya sekilas jadi ingat kata – kata mursyid saya di kampung.” begitu penjelasan Pak Hadi.

Setelah itu, Johan jadi terdiam lidahnya kaku, fikirannya melambung jauh tinggi...namun sesaat kemudian terdengar lirih....”astaghfirulllahhal ’adzim...”

”Pak Hadi parkir di tempat parkir ya pak, saya paling ketemu sama orangnya paling lama setengah jam. Tunggu saja.” begitu kata Johan ketika mereka sudah sampai di depan Hotel Sheraton.

Sekitar setengah jam kemudian Johanpun sudah terlihat keluar dari Hotel Sheraton, sesaat kemudian dari tempat parkir Pak Hadi dan mobilnya meluncur menjemput Johan, Johanpun kemudian terlihat naik ke mobil tersebut.

”Kita ke Jalan Asia Afrika pak !”, kata Johan kepada Pak Hadi. Merekapun kemudian melaju menuruni Jalan Juanda turun dengan perlahan, hingga sampai di perempatan yang menuju Dipati Ukur. Mobilpun terus melaju lurus ke depan dengan perlahan.

”Kok...mobil goyang ya pak....?”tanya Johan tiba-tiba. ”Ya...nih pak, ga tauh.....” jawab pak Hadi. Namun sesaat kemudian di depan mereka terlihat banyak orang berhamburan ke halaman dan jalan dipenuhi orang, sambil berteriak histeris....”gempa..gempa....”, ada juga yang mengumandangkan ”Allahu Akbar...Allahu Akbar”.

”Astaghfirullahhal’adzim....pak gempa,...cepat keluar dari mobil...” begitu kata Johan setelah menyadari apa yang sebenarnya sedang terjadi. Terlihat banyak wanita yang pucat pasi wajahnya, ada juga yang sedikit menangis. Sementara banyak juga yang sibuk mencoba menelepon ke sanak keluarganya. Tak terkecuali Johanpun segera menelepon istri dan anaknya. Sedangkan Pak Hadi kelihatan terpaku, dengan tidak berhenti berkata ...astaghfirullahhal’adzim...”.

Setelah keadaan agak mereda, Johanpun menyuruh Pak Hadi ke mobilnya, ”Pak, kita balik ke kantor saja, ke Asia Afrika dibatalkan saja dulu.” kata Johan.

Kendaraanpun berbalik arah menuju ke kantor Johan, sepanjang perjalanan tak henti-hentinya keduanya bercerita dahsyatnya gempa tadi. Pak Hadipun bercerita ia mencoba telepon istrinya yang di Majenang belum bisa. Keduanyapun terlihat sering mengambil nafas dalam – dalam.

”Kalau sudah begini ya pak.....hampir semua orang bisa mengingat Allah dengan benar-benar mengingat...” tiba – tiba Johan berkata kepada Pak Hadi.

”ya begitulah pak....kayaknya betul....” kata Pak Hadi.

”Saya yakin pak, ketika gempa tadi sebagian besar orang tidak mengingat-ingat berapa harta yang ia punyai, mobil yang ia miliki...namun hanya satu ”bagaimana ia bisa selamat dari gempa ini”, untuk bisa selamatpun mereka hanya bergantung satu...yakni hanya kepada Allah semata....” kata Johan.

Johanpun melanjutkan cerita, ”tadi proyek yang rencananya dikasih ke saya, sudah saya batalkan pak .....”

”lo kok gitu pak ?” tanya Pak Hadi.

”Ya...iya, ...kan sudah dibilangin Pak Hadi tadi.... masa gara-gara proyek itu, saya dan orang itu sama-sama melalaikan Allah....” jelas Johan.

”Saya masih ada satu pertanyaan lagi pak Hadi, ”apa iya manusia supaya bisa mengingat Allah dengan benar...harus dikasih gempa dulu ?” tanya Johan.

Mendengar pertanyaan itu, Pak Hadi tertawa terpingkal – pingkal, dan Johanpun ikut tertawa – tawa. Namun setelah mereka tertawa tiba – tiba Pak Hadi berkata lirih, ”astaghfirullahal ’adzim....pak, saya Cuma takut....barangkali saya termasuk golongan itu pak..mau mengingat Allah, kalau dikasih cobaan dulu...”

Keduanyapun akhirnya terdiam membisu, akalpun melayang....dalam hati mereka bertanya, ”jangan – jangan saya baru mengingat Allah kalau dikasih cobaan”

Wallahu a’lam.


Read More......

Tersesat di Syurga

Seorang pemuda, ahli amal ibadah datang ke seorang Sufi. Sang pemuda dengan bangganya mengatakan kalau dirinya sudah melakukan amal ibadah wajib, sunnah, baca Al-Qur’an, berkorban untuk orang lain dan kelak harapan satu satunya adalah masuk syurga dengan tumpukan amalnya.

Bahkan sang pemuda tadi malah punya catatan amal baiknya selama ini dalam buku hariannya, dari hari ke hari.


“Saya kira sudah cukup bagus apa yang saya lakukan Tuan…”

“Apa yang sudah anda lakukan?”

“Amal ibadah bekal bagi syurga saya nanti…”

“Kapan anda menciptakan amal ibadah, kok anda merasa punya?”

Pemuda itu diam…lalu berkata,

“Bukankah semua itu hasil jerih payah saya sesuai dengan perintah dan larangan Allah?”

“Siapa yang menggerakkan jerih payah dan usahamu itu?”

“Saya sendiri…hmmm….”

“Jadi kamu mau masuk syurga sendiri dengan amal-amalmu itu?”

“Jelas dong tuan…”

“Saya nggak jamin kamu bisa masuk ke syurga. Kalau toh masuk kamu malah akan
tersesat disana…”

Pemuda itu terkejut bukan main atas ungkapan Sang Sufi. Pemuda itu antara marah dan diam, ingin sekali menampar muka sang sufi.

“Mana mungkin di syurga ada yang tersesat. Jangan-jangan tuan ini ikut aliran sesat…” kata pemuda itu menuding Sang Sufi.

“Kamu benar. Tapi sesat bagi syetan, petunjuk bagi saya….”

“Toloong diperjelas…”

“Begini saja, seluruh amalmu itu seandainya ditolak oleh Allah bagaimana?”

“Lho kenapa?”

“Siapa tahu anda tidak ikhlas dalam menjalankan amal anda?”

“Saya ikhlas kok, sungguh ikhlas. Bahkan setiap keikhlasan saya masih saya ingat semua…”

“Nah, mana mungkin ada orang yang ikhlas, kalau masih mengingat-ingat amal baiknya ? Mana mungkin anda ikhlas kalau anda masih mengandalkan amal ibadah anda ?
Mana mungkin anda ikhlas kalau anda sudah merasa puas dengan amal anda sekarang ini ?”

Pemuda itu duduk lunglai seperti mengalami anti klimaks, pikirannya melayang membayang bagaimana soal tersesat di syurga, soal amal yang tidak diterima, soal ikhlas dan tidak ikhlas.

Dalam kondisi setengah frustrasi, Sang sufi menepuk pundaknya.

“Hai anak muda. Jangan kecewa, jangan putus asa. Kamu cukup istighfar saja. Kalau kamu berambisi masuk syurga itu baik pula. Tapi, kalau kamu tidak bertemu dengan Sang Tuan Pemilik dan Pencipta syurga bagaimana? Kan sama dengan orang masuk rumah orang, lalu anda tidak berjumpa dengan tuan rumah, apakah anda seperti orang linglung atau orang yang bahagia ?”

“Saya harus bagaimana tuan…”

“Mulailah menuju Sang Pencipta syurga, maka seluruh nikmatnya akan diberikan kepadamu. Amalmu bukan tiket ke syurga. Tapi ikhlasmu dalam beramal merupakan wadah bagi ridlo dan rahmat-Nya, yang menarik dirimu masuk ke dalamnya…”

Pemuda itu semakin bengong antara tahu dan tidak.

DIKUTIP DARI SUMBER WWW.KANGTRIS.COM

Read More......

Lagi disayang Gusti Allah

Suatu sore terlihat seorang pemuda datang ke seorang kyai. Raut mukanya kusut, pandangannya loyo. Baju bermerk yang ia kenakan tidak bisa menutupi kegelisahan yang ada di kening kepalanya.

”Pusing saya, kyai ....”

”Kenapa harus pusing ? ” tanya sang kyai.

”Menurut saya, saya tidak pernah berbuat yang aneh-aneh. Saya sholat seperti biasa, shalat malam juga saya amalkan. Baca Al Qur’an rutin saya amalkan. Namun.......... mengapa bisnis saya tertipu, saya tertipu rekan bisnis saya. Saya percayai ia...namun apa balasannya ? Ia bawa kabur ratusan juta rupiah uang saya ..”


”Ya...kamu tetap lakukan seperti biasanya, bahkan tingkatkan lagi...lebih dekatkan lagi sama Gusti Allah...apa yang terjadi padamu saat ini..merupakan tanda-tanda kamu lagi disayang gusti Allah” jawab sang kyai.


Mendengar jawaban sang kyai, pemuda itupun tambah bengong dan bingung. Logika berfikirnya tidak masuk, namun untuk menanyakan lebih lanjut iapun tidak berani. Dengan kegelisahan yang masih menggelayut di kepalanya iapun pamitan pulang.

Sesampai di rumah, ia pandangi dirinya sendiri di depan cermin, iapun berkata dalam hati...”menyedihkan....”. Hari berganti hari, bulan berganti bulan. Kalau dulu sisa uang masih bisa ia pergunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, lambat laun semakin menipis, hingga pada suatu hari iapun terpaksa memecah celengan, tempat ia kumpulkan koin lima ratus dan seratus rupiah. Dengan tersayat – sayat hatinya iapun terpaksa memecah celengan itu, padahal semula celengan itu hanya sebagai tempat penyimpanan uang recehan yang menurutnya pada saat itu, tidak ada manfaatnya selain sebagai pemberian kepada ”polisi cepe” saat melintas di jalan.

Tahun berganti tahun pemuda ini ia lalui, dalam hari – harinya dalam kesulitan ia selalu terngiang-ngiang kata – kata sang kyai, ” ...lebih dekatkan lagi sama Gusti Allah...apa yang terjadi padamu saat ini..merupakan tanda-tanda kamu lagi disayang gusti Allah”, iapun terus mengevaluasi diri tentang kekurangan ibadahnya kepada Allah, tidak hanya ibadah lahiriah namun lebih ke aspek batiniah ia sedikit – demi sedikit diperbaiki. Tanpa terasa lambat laun keadaan ekonominya berubah. Uang yang dulu tertipu rekan bisnisnya, telah kembali berlipat – lipat dari kemajuan usahanya.

Suatu saat iapun bersilaturahim kepada kyai yang dulu ia temui. Setelah berbincang sejenak, si pemuda itupun berkata kepada kyai.


”Alhamdulillah kyai, dari pengalaman saya tertipu rekan bisnis saya yang dulu saya bisa belajar tentang bersyukur rama kyai ....”
” O...begitu, alhamdulillah...” jawab kyai.

” Coba kalau saya tidak tertipu, saya tidak bisa merasakan arti sejumlah recehan yang dulu saya remehkan...rama kyai. Saat dalam kekurangan...uang recehan itu ternyata begitu berarti...., saya bisa merasakan betapa sesuatu yang sangat remeh menurut anggapan kita...ternyata berharga sekali...dan saya yakin, masih banyak rekan – rekan saya yang bernasib dibawah saya.”

” alhamdulillah...berarti kamu sudah bisa merasakan arti syukur....terus, kamu kesini kok, pakai mobil butut...padahal duit kamu kan sudah banyak...jangan – jangan kamu malah ngga bersyukur ”, tanya kyai dengan senyuman.

”Bukan begitu rama kyai, insya allah saya bisa beli mobil yang jauh lebih mewah....tapi saya takut rama kyai.... saya selalu berdo’a, ”Ya Allah, jadikanlah dunia di tangan kami, tetapi jangan Engkau menjadikannya dalam hati kami....”, makanya saya berusaha lebih sederhana rama kyai..”

Mendengar jawaban pemuda, kyaipun tersenyum agak lebar, kemudian berkata, ”alhamdulillah...semoga banyak pemuda yang berprinsip sama seperti kamu.....namun, kamu juga harus hati – hati, tanyakan dalam hatimu....sikapmu itu...karena tulus, atau karena ”ingin dianggap sederhana.....ingin dianggap zuhud....”


Ketika mendengar uraian sang kyai yang terakhir, ”...ingin dianggap sederhana.....ingin dianggap zuhud....”, hati pemuda itupun bergetar...., iapun lantas menunduk, lantas berkata, ”ya...rama kyai...saya masih harus belajar ....”.

Wallahu a’lam.

dikutip dari SUMBER WWW.KANGTRIS.COM

Read More......

Karena Ia Harus Bertahan

Suatu pagi di hari libur, tepatnya di hari Kamis, 1 Muharram 1429 H kemarin, saya bertandang ke rumah Ozy (kls 5 SD) untuk mengajar privat. Di tengah-tengah aktivitas kami, datang seorang penjual sayur yang ternyata adalah seorang nenek tionghoa bertubuh ringkih dengan topi capingnya. Ia melepaskan senyum tulus tepat di depan pintu tempat kami belajar. Ramah sekali, seolah tanpa beban. Senyum yang penuh ketulusan. Sungguh saya mengaguminya.

Pagi itu ternyata ibunya Ozy sedang tak membutuhkan”gambas “: satu-satunya sayuran yang ia tawarkan saat itu. Demikian juga dengan ibu –ibu sebelah kanan dan depan rumah Ozy tak ada yang membutuhkannya. Ah, ternyata tak ada yang membelinya. Sayangnya saya tak sama sekali membawa uang , padahal saya sangat ingin membelinya meski belum membutuhkannya. Saya hanya ingin tetap melihat senyum tulusnya. Akhirnya Sang ia pun kemudian melenggang pergi dengan keranjang gambas yang masih penuh di tangan kanannya dan tentunya. Sedih. Saya sedih melihat episode itu. Tak tega rasanya. Kami telah memutuskan
harapannya.


Ternyata, Ozy bisa membaca roman muka saya yang berubah seketika.
”Mbak kasihan dengan nenek itu ya??. Ozy juga mbak”.
Kemudian tanpa diminta Ozy bercerita tentang nenek tersebut.

“Rumah nenek ada di belakang rumah Ozy mbak. Rumahnya hanya sekedar gubuk kecil berukuran 2x3 m, tanpa lampu tepat berada di pojokan kebun sayur , ia hanya tinggal sendiri mbak. Kata ibu, anaknya nggak mau menerima kehadiran nenek di rumahnya”. Ozy mencerikannya dengan penuh rasa iba..

“Begitu kah Zy??”
“Iya mbak, ibu yang cerita ke Ozy”.
Ups!, seketika itu airmata saya menetes tanpa malu. Ozy pun hanya menyaksikannya dalam diam tanpa protes, seolah sangat memahami perasaan saya saat itu.

Ibunda Ozy kemudian menemui kami.
” Mbak , sebenarnya Ibu juga nggak tega. Setiap kali nenek datang ibu memang hampir tak pernah membelinya, bukan karna nggak punya rasa kasihan. atau tak membutuhkannya. Tapi karna ibu tahu gambas-gambas itu hasil curian dari kebun sayur anaknya. Meski ibu juga tau ia terpaksa mencuri untuk bertahan hidup. Ibu khawatir gambas-gambas itu haram untuk kita makan.”

Di tengah ceritanya, saya juga melihat mata ibunda Ozy yang semakin berkaca-kaca. Ah, saya semakin terenyuh setelah mengetahui semuanya. Betapa durhakanya sang anak jika memang ia benar-benar tak memuliakan orangtuanya. Betapa tak berbalas budi jika memang ia benar-benar tidak menafkahi dan tidak menjamin kehidupan orangtuanya. Naudzubillah....!!! Semoga saya dan juga anda tak kan pernah seperti itu..

”....Dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkaataan yang mulia.” (Al Isra : 17)”.

Mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: "Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan." Dan apa saja kebaikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya.” (Al baqarah: 215).

Menurut analisis saya, nenek itu bukan mencuri, tapi mengambil sebagian yang sebenarnya adalah haknya. Bukankah Islam menuntun kita bahwa semua harta benda anak juga merupakan milik orangtuanya. Tapi sebaliknya sgala sesuatu yang menjadi milik orangtua belum tentu menjadi milik sang anak. Jadi gambas-gambas tersebut menjadi halal untuk dikonsumi . Bukankah begitu?


”Rabb, ampunilah dosa ku dan dosa kedua orangtuaku. Sayangi dan lindungi mereka, sebagaimana yang tlah mereka lakukan terhadapkusewaktu kecil hingga kini.” Amiiiiiin.


Read More......

Dosa yang lebih BESAR dari BERZINA

Pada suatu senja yang lenggang, terlihat seorang wanita ber-jalan terhuyung-huyung. Pakaianya yang serba hitam menandakan bahwa ia berada dalam dukacita yang mencekam. Kerudungnya me-nangkup rapat hampir seluruh wajahnya. Tanpa hias muka atau per-hiasan menempel di tubuhnya. Kulit yang bersih, badan yang ramping dan roman mukanya yang ayu, tidak dapat menghapus kesan kepe-dihan yang tengah merusakkan hidupnya. Ia melangkah terseret-seret mendekati kediaman rumah Nabi Musa as. Diketuknya pintu pelan-pelan sambil mengucapkan uluk salam. Maka terdengarlah ucapan dari dalam "Silakan masuk".
Perempuan cantik itu lalu berjalan masuk sambil kepalanya terus merunduk. Air matanya berderai tatkala ia berkata, "Wahai Nabi Allah. Tolonglah saya. Doakan saya agar Tuhan berkenan mengam-puni dosa keji saya." "Apakah dosamu wahai wanita ayu?" tanya Nabi Musa as. terkejut. "Saya takut mengatakannya." jawab wanita cantik. "Katakanlah jangan ragu-ragu!" desak Nabi Musa. Maka perempuan itupun terpatah bercerita, "Saya... telah berzina.
Kepala Nabi Musa terangkat, hatinya tersentak. Perempuan itu meneruskan, "Dari perzinaan itu saya pun... lantas hamil. Setelah anak itu lahir, langsung saya... cekik lehernya sampai... tewas," ucap wanita itu seraya menangis sejadi-jadinya.


Nabi Musa berapi-api matanya. Dengan muka berang ia menghardik, "Perempuan bejad, enyah kamu dari sini! Agar siksa Allah tidak jatuh ke dalam rumahku karena perbua-tanmu. Pergi!"... teriak Nabi Musa sambil mema-lingkan mata karena jijik. Perempuan berwajah ayu dengan hati bagaikan kaca membentur batu, hancur luluh segera bangkit dan melangkah surut.
Dia terhantuk-hantuk keluar dari dalam rumah Nabi Musa. Ratap tangisnya amat memilukan. Ia tak tahu harus ke-mana lagi hendak mengadu. Bahkan ia tak tahu mau dibawa kemana lagi kaki-kakinya. Bila seorang Nabi saja sudah me-nolaknya, bagaimana pula manusia lain bakal menerimanya? Terbayang olehnya betapa besar dosanya, betapa jahat perbuatannya.
Ia tidak tahu bahwa sepeninggalnya, Malaikat Jibril turun men-datangi Nabi Musa. Sang Ruhul Amin Jibril lalu bertanya, "Mengapa engkau menolak seorang wanita yang hendak bertaubat dari dosanya? Tidakkah engkau tahu dosa yang lebih besar daripadanya?" Nabi Musa terperanjat. "Dosa apa-kah yang lebih besar dari kekejian wanita pezina dan pembunuh itu?" Maka Nabi Musa dengan penuh rasa ingin tahu bertanya kepada Jibril. "Betulkah ada dosa yang lebih besar daripada perempuan yang nista itu?" "Ada!" jawab Jibril dengan tegas. "Dosa apakah itu?" tanya Musa kian penasaran."Orang yang meninggalkan sholat dengan sengaja dan tanpa menyesal. Orang itu dosanya lebih besar dari pada seribu kali berzina" Mendengar penjelasan ini Nabi Musa kemudian memanggil wanita tadi untuk menghadap kembali kepadanya. Ia mengangkat tangan dengan khusuk untuk memohonkan ampunan kepada Allah untuk perempuan tersebut.
Nabi Musa menyadari, orang yang meninggalkan sholat dengan sengaja dan tanpa penyesalan adalah sama saja seperti berpendapat bahwa sholat itu tidak wajib dan tidak perlu atas dirinya. Berarti ia seakan-akan menganggap remeh perintah Tuhan, bahkan seolah-olah menganggap Tuhan tidak punya hak untuk mengatur dan memerintah hamba-Nya. Se-dang orang yang bertobat dan menyesali dosanya dengan sungguh-sungguh berarti masih mempunyai iman di dadanya dan yakin bahwa Allah itu berada di jalan ketaatan kepada-Nya. Itulah sebabnya Tuhan pasti mau menerima kedata-ngannya.
(Dikutip dari buku 30 kisah teladan - KH Abdurrahman Arroisy)
Dalam hadith Nabi SAW disebutkan : Orang yang mening-galkan sholat lebih besar dosanya dibanding dengan orang yang membakar 70 buah Al-Qur'an, membunuh 70 nabi dan bersetubuh dengan ibunya di dalam Ka'bah.
Dalam hadith yang lain disebutkan bahwa orang yang mening-galkan sholat sehingga terlewat waktu, kemudian ia mengqadanya, maka ia akan disiksa dalam neraka selama satu huqub. Satu huqub adalah delapan puluh tahun. Satu tahun terdiri dari 360 hari, sedang-kan satu hari diakherat perbandingannya adalah seribu tahun di dunia.
Demikianlah kisah Nabi Musa dan wanita pezina dan dua hadith Nabi, mudah-mudahan menjadi pelajaran bagi kita dan timbul niat untuk melaksanakan kewajiban sholat dengan istiqomah. Tolong sebarkan kepada saudara-saudara kita yang belum mengetahui.
Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu allaa ilaaha illa anta, astaghfiruka wa atuubuilaiik.

Read More......

SYUKUR, SABAR DAN SHOLAT MALAM

Qumillail ya habibati…
Wake up honey…
Bangun sayang…
Udah jam tiga nih…
Ditungguin tuh ama Allah dari tadi,
Mau setoran engga ?.....


Kalimat singkat itu adalah SMS yang dikirimkan Ahmad kepada istri tercintanya hampir setiap dini hari menjelang terbit fajar ketika ia bertugas diluar kota. Ada penyesalan yang mendalam bila kehidupan malam terlewatkan oleh mereka begitu saja tanpa curhat, berkeluh-kesah, bermunajat, mengharap dan memohon kepada Sang Penguasa jagat, Sang Pemberi maaf dan Penerima taubat, kepada Sang Pengasih dan Penyayang. Serasa nikmat bila sedang terjaga dimalam hari tatkala banyak orang tidur dengan lelapnya. Kenikmatan itu mungkin takkan mereka rasakan bila Allah tidak menguji terlebih dahulu dan kemudian Dia selalu menyayangi dan membimbing mereka kejalan-Nya.


Tepat tiga tahun Ahmad menikah dengan istri tercinta. Khairani, yang ‘dipacari’ hanya dalam tempo dua mingguan yang kemudian dilamar, selang kurang lebih dua bulan tepatnya Sabtu 28 Desember 2002, mereka menikah. Sungguh masa ta’aruf (perkenalan) yang begitu singkat menurut ukuran remaja sekarang. Entah mengapa Ahmad merasa dialah istri yang Allah kirimkan kepadanya, hingga saat perjumpaan pertama sudah ada rasa penasaran dan keyakinan yang mendalam dalam hatinya. Ia sosok yang berbeda, seorang wanita yang sholehah, tegar, dewasa, percaya diri, cerdas, manis, ceria dan ‘kekeh’ dalam pendirian, tempat curhat teman-temannya, sosok problem solver, sorot matanya yang syahdu menjadikan Ahmad salah tingkah dibuatnya dan yang unik mereka mempunyai kesamaan hobbi yaitu selalu membawa Al-Qur’an kecil dalam tas mereka dan sama-sama menyukai musik kitaro. Ia sosok wanita yang dijumpainya lewat mimpi-mimpi pasca istikhoroh. Hampir 90% kriteria yang Ahmad harapkan dalam munajatnya ada pada dirinya.

Ternyata Allah menguji kesabaran, kasih sayang dan kesetiaan Ahmad dan istrinya secara bertubi-tubi, disaat mereka sedang menikmati indahnya ‘berpacaran’ pasca nikah, Allah menyapa mereka melalui kesulitan ekonomi, sakit maag, asam lambung tinggi dan sakit di kepala yang diderita istrinya. Gadis blesteran Betawi-Sunda yang besar di kampung orang ini, jantung hati Ahmad dan pendamping hidup yang selama beberapa tahun dikenalnya ini seolah-olah berubah 180° menjadi orang lain dan asing, phsykisnya terganggu. Dia menjadi nerves, mudah labil, sering mengeluh, kekhawatiran yang berlebihan dan ketakutan yang tak beralasan, shalat tidak khusyu’. Menangis adalah solusi yang tercepat yang diambilnya kagak ngurus dimanapun dan kapanpun, pernah sampai beberapa malam tidak bisa tidur, entah pikiran apa yang merasuk dibenak dan perasaannya , dia sendiri bingung untuk mengutarakannya, hingga kurus sekali badannya. Allah menyapa Ahmad dan isterinya dengan ujian agar mereka tetap bersabar;

“Dan sesunguhnya kami akan menguji kalian, sehingga terbukti siapa diantara kalian yang melakukan jihad sebenarnya
dan siapa yang sabar. Dan Kami akan menguji sepak terjang kalian.” (QS. Muhammad[47]; 31)

“ Ujian yang tiada henti-hentinya menimpa kaum Mu’min pria dan wanita, yang mengenai dirinya,
hartanya dan anaknya, tetapi ia tetap bersabar,
ia akan menemui Allah dlam keadaan tiada berdosa” (H.R. Turmudzi)

Subhanallah… Allah sangat sayang kepada Ahmad dan istrinya, mereka dibimbing-Nya dan diberi petunjuk agar lebih memahami pesan-pesan-Nya, untuk lebih bersabar dan bersyukur atas ujian tersebut, untuk lebih mendewasakan diri, untuk lebih dekat dalam mengenal dan mencintai-Nya, untuk saling mengenal dan memahami karakter kami yang sesungguhnya, untuk lebih bisa mengambil hikmah dibalik setiap kejadian, untuk lebih gigih dalam bekerja dan berusaha, untuk lebih banyak belajar tentang makna hidup dan kehidupan. Ahmad merasa bersyukur, karena Allah Yang Maha Mengetahui apa yang tersembunyi dan tergores di dalam hati hamba-hamba-Nya menyapanya dengan ujian. Mari kita perhatikan hadits qudsyi yang diriwayatkan oleh imam Thabrani dari Abu Umamah r.a berikut: Allah berfirman kepada Malaikat-Nya: “Pergilah kepada hamba-Ku. Lalu timpakanlah bermacam-macam ujian kepadanya karena Aku mau mendengar suaranya”.

Al-hamdulillah hingga kini Ahmad terus memegang salah satu pesan penuh makna dari KH Imam Badri, mantan Direktur KMI yang kini menjadi salah seorang Pimpinan PM. Gontor, beliau berpesan: “in shobarta ‘alal-asyaqqi qoliilan, istamta’ta ‘alal-aladzdzi thowiilan” , artinya : “Jika ananda bersabar dengan kesulitan dan kesusahan yang sebentar, maka kamu akan menikmati kelezatan yang panjang”.

Di Semarang, Ahmad mendapat nasehat yang sangat berharga dari Eyang Ikhwan, mertua temannya yang sudah dianggap seperti orangtuanya. Beliau berpesan: “ Bungah susah ayo podo dilakoni” yang bermakna: “Susah senang mari nikmati dan jalani bersama”.

David J. Mahoney, Pendiri Banyan System, Inc.(1983) Perusahaan yang bergerak di bidang system operasi jaringan dalam bidang bisnis dan kini menguasai hamper separuh pasar Amerika Serikat. Ia berkata: “ Agar punya pengalaman, anda harus terpentok dulu.. miliki pengalaman. Jika anda bisa bertahan berarti anda diajarkan bagaimana bangkit kembali”.

Dalam masa terapi istrinya , Ahmad betul-betul menikmati dan tak henti-hentinya bersyukur atas bimbingan dan pertolongan-Nya, istrinya langsung di bimbing dan dikonseling oleh Allah swt, Dialah Allah, Dzat yang mempertemukan istrinya dengan Ust. Yusuf Mansur, seorang hafidz, penulis, anak muda yang gigih, ulet, futurist, pantang menyerah, dan lebih dewasa ketimbang umurnya, yang mengerti kejiwaan dan dijuluki orang dengan sebutan ‘Ustadz spesialis sedekah’.

Dialah Allah SWT, yang mempertemukannya dengan dokter Hari Wibowo, seorang ahli kejiwaan ternama di RS. Honoris Tangerang yang menumbuhkan kembali semangat dan motivasi istrinya . Allah jualah yang mempertemukannya dengan Kyai Sa’adih Al-Batawi, seorang Kyai “sedekah’ yang mempunyai majelis dzikir dan balai pengobatan robbani ‘ala Ibnu Sina yang ‘bebas pulsa’ bahkan ia kerap kali memberi ongkos pulang dan uang jajan kepada pasiennya, dengan dialek betawinya yang khas ia selalu menasehati pasiennya agar berserah diri seutuhnya hanya kepada Allah.

"Hasbunallah wani’mal wakieil Ni’mal maula wani’man nashier” ( Makasih Robb, Kau bimbing dan tunjukan kepada kami jalan yang benar).

Suatu malam isteri Ahmad bermimpi saat kerinduan yang sangat akan kehadiran anak titipan Allah dalam kehidupan berumahtangga mereka, saat ia sedang disapa Allah dengan penyakitnya, dalam tidurnya ia kedatangan seorang Kyai berjubah putih dan kepalanya ditutupi lilitan sorban putih, belum pernah ia kenal sebelumnya dengan rambut, kumis dan jenggotnya yang panjang dan putih semua, kulitnya keriput, sorotan matanya tajam bak burung elang, tangannya mengenggam erat sebuah tongkat. Dalam mimpi tersebut istrinya tertegun dengan nasehat Kyai Misterius itu , dengan suaranya yang agak serak sang Kyai berkata : “Qumillail !!!...”, sebuah kalimat perintah yang singkat, padat dan penuh makna. Sang Kyai langsung pergi begitu saja dan spontan sang isteri bangun dari tidurnya, sambil berucap :” subhanallah, walhamdulillah wala ilaha illallahu wallahu akbar,walahawla walaquwwata illa bilahil ‘aliyyil’adzhim… terima kasih Tuhan Kau tak henti-hentinya membimbingku”

Sedari peristiwa itu mereka kembali menggalakkan tradisi yang dulu hanya dilakoni saat butuh kepada Allah saja, tradisi yang dulu sebenarnya dicanangkan dan diniatkan berdua sebelum menikah yaitu: Qiyaamul-lail, sunnah Nabi Muhammad SAW yang dalam salah satu haditsnya beliau berkata: “Hendaklah kamu melaksanakan shalat malam meskipun hanya satu raka’at”. Perintah Allah dalam Al-Qur’an yang diiming-imingi dengan maqomam mahmuda (tempat yang terpuji) sebagai ganjarannya. Tradisi orang-orang sholeh terdahulu yang selalu mengingat Allah dalam kondisi apapun dan bagaimanapun, mereka yang tidak pernah sombong dan senantiasa jauh dari tempat tidur selalu berdo’a , takut kepada Allah dan senantiasa berinfaq serta bersedekah.

Sebuah tradisi yang dilazimkan oleh beberapa orang zaman ‘saiki’ yang sukses dan diberkahi Allah dalam urusan dunianya. Mereka yang pada siang harinya bagai singa, dan malam bagai para pengibadah yang zuhud. Tradisi yang akan mengharmoniskan hubungan kita dengan Sang Kholiq dan juga sebagai penebus dosa-dosa yang kita lakukan, mencegah diri kita dari perbuatan dosa, dan mengusir bala dan obat bagi penyakit yang ada pada jasmani dan rohani kita. Tradisi yang akan membedakan orang-orang cerdas (alladzina ya’lamun) dan orang-orang yang bodoh (alladzina la ya’lamun). Tradisi yang akan menyebabkan seseorang masuk sorganya Allah dengan selamat, aman, tentram dan damai.

Suatu hari dalam majelis Rasulullah Saw, shahabat RA. Bertanya:
“ Ya Rasulullah!! Dosa-dosamu yang lalu dan akan datang telah diampuni oleh Allah, mengapa engkau harus bersusah payah dalam beribadah dan taat kepada Allah hingga tumitmu bengkak dan pecah-pecah?.
Rasulullah saw menjawab:
“Apakah tidak boleh aku bersyukur atas segala karunia yang Allah berikan kepadaku, Dia yang menghidupkanku dari tiada menjadi ada,
Apakah tidak boleh aku bersyukur sementara Allah telah menganugerahkan kepadaku akal, pikiran, pemahaman dan kenabian,
Apakah tidak boleh aku bersyukur kepada Allah yang telah memberikanku taufiq dan bimbingan-Nya untuk selalu taat
Apakah tidak boleh aku bersyukur kepada Allah yang telah menerima taatku dan ibadahku” (Al-hadits)

Demikian Rasulullah SAW, seorang manusia luar biasa yang diberikan tempat terpuji disisi Allah (maqomam mahmuda) sebab akhlak mulianya dan keta’atannya kepada Allah, yang dalam sehari semalam beristighfar minimal 70 kali, sedangkan kita,…. Siapa sih kita , apa sih kita dimata Allah ? Jaminan apa yang bisa kita banggakan ? Bahkan amal-amal kitapun terkadang masih diringi riya. Sungguh merugilah kita yang kehilangan saat-saat Allah menjenguk kita setiap sepertiga malam, saat Allah turun kelangit dunia ini, saat Allah bertutur :

“ Siapa yang berdo’a maka akan Aku kabulkan, siapa yang meminta akan Aku beri,
siapa yang mohon ampun atas dosa-dosanya akan aku ampuni”

Oleh itu saudaraku, marilah kita temui Allah setiap malam, kita nikmati indahnya kehidupan malam saat Sang Kholiq menjenguk kita dan menawarkan solusi atas segala problematika hidup kita. Kita jumpai dan ingat Allah saat malam hari maka Allah akan menjumpai dan mengingat kita saat siang hari, kita libatkan dan ingat Allah saat senang kita maka Allah akan mengingat kita saat kesedihan menimpa dengan memberi solusi yang terbaik. Amien…



--------------------------------------------------------------------------------

Munajat.

Nastaghfirullah min kulli dzambin ‘adzim wanatuubu ilaihi taubatan nashuuha,
Ya Allah, kami memohon maghfiroh-Mu atas sebesar apapun dosa-dosa yang kami lakukan dan kami bertaubat atasnya dengan sebenar-benarnya taubat.
Terimakasih Ya Allah…,
Wahai Dzat Yang Maha Pengasih dan Penyayang
Kau berikan kepadaku
Pendamping yang sesuai kriteriaku dan terbaik menurut-Mu
Peliharalah cinta, kasih sayang, ketenangan bathin antara kami
Jadikanlah kami pasangan di dunia dan akhirat….
Ya ilahi berikanlah kepada kami keturunan yang baik
Mereka yang cinta dan ta’at kepada-Mu, Rasul-Mu dan kepada kami
Mereka yang menjadi buah cinta dankasih sayang kami,
Mereka penerus perjuangan dan cita-cita kami
Mereka yang mendo’akan kami
tatkala jasad kami bersatu dengan asalnya
Ya robb….
Jadikan kami hamba yang senantiasa bersyukur
Atas segala karunia yang Kau anugerahkan kepada kami
Jadikan kami hamba yang senantiasa bersabar
Atas segala ujian yang Kau alamatkan kepada kami
Kokohkan iman dan islam dalam hati kami
Sehinga kami terus menikmati saat-saat indah disetiap malam
Dikala Engkau menjenguk kamiDikala Engkau menyapa lara kami
Dikala Engkau menanti do’a kami
Dikala Engkau berjanji akan mengampuni dosa-dosa kami
Wahai Tuhan…
Kami yang hina dan nista ini, Jiwa kami yang berlumuran dosa ini
Datang bermunajat kepada-Mu, Datang mengharap kepadamu
Datang ingin curhat kepada-Mu, Datang ingin berdekatan dengan-Mu
Datang dengan membawa 1001 dosa dan kesalahan
1001 masalah dan problematika hidup
serta 1001 permohonan dan harapan

Read More......

Sadar Ketika Semua Tiada

Kebanyakan manusia terlena dengan manisnya dunia
Kebanyakan manusia tergoda dengan indahnya dunia
Ia tersadar ketika semua tiada
Ia lupa akan datangnya kematian,
yang semestinya memang dipersiapkan


Di sebuah perempatan lampu merah, ada seorang ayah yang menggendong bayinya, sambil berjualan koran. Di seberang jalan, ada rumah yang tidak bisa dibilang jelek, yang sekarang harganya sudah ratusan juta rupiah. Rumah itu adalah rumahnya dulu. Lantaran judi, ia kehilangan banyak hal. Termasuk rumah tersebut.

Di sudut kamar, seorang pria menangisi undangan pernikahan mantan istrinya. Ia sungguh masih mencintai wanita itu, tapi kemudian terpaksa ia mengabulkan tuntutan cerai wanita itu. Sebab ia ketahuan berselingkuh. Sungguhpun ia bersikeras bilang, bahwa ia berselingkuh tidak sengaja, istrinya tidak percaya, Pria ini pernah ikut keramaian pesta, lalu mabuk. Dalam keadaan mabuk, pria ini lalu berzina dengan salah satu tamu. Perzinahan yang cuma sekali itu, ternyata berakibat cukup fatal. Wanita yang ia zinahi hamil. Terbayang kini penyesalannya. Ia sungguh masih mencintai istrinya.


Seorang pedagang, mengaku menyesal pernah menipu seorang saudagar kaya, dulu, ketika di awal-awal ia berdagang. Kini, peristiwa tersebut berulang. Hanya kini, ia yang ditipu. Seorang anak muda menipunya, dan membawa kabur hartanya, dan meninggalkan hutang atas namanya. Peristiwa seperti diputar ulang oleh Allah.

Seorang anak, meratapi makam ayahnya yang ia bunuh ketika terjadi pertengkaran karena ia ngotot ingin dibelikan sepeda motor dulu ketika ia masih sekolah, ia merasa malu karena teman-teman sebayanya telah memiliki kendaraan sementara ia hanya naik angkot setiap hari, ia minta ke ayahnya yang baru saja menjual sedikit tanah warisan sang kakek di pinggir jalan dengan dalih untuk modal usahanya yang bangkrut. Sang anak yang tahu kalau ayahnya punya uang lantas meminta dibelikan sepeda motor, ayahnya membentak dan mengatakan nanti kalau sudah kuliah bapak akan belikan, uang yang ada untuk modal usaha dan makan sehari-hari. Setelah keluar dari penjara ia mendatangi kubur ayahnya, ia menangis dan meratap-ratap memohon ampun atas kesalahannya. Tapi apa boleh buat ayahnya tak bisa lagi diajak bicara.

Saudara-saudaraku, Pembaca Kajian Wisata Hati dimanapun Anda berada, cerita-cerita di atas bukan cerita karangan, dan bukan cerita isapan jempol. Bahkan mungkin Anda sendiri punya banyak cerita tambahan, tentang penyesalan seorang anak manusia, sebab sudah terlena dengan dunia, sudah tergoda dengan dunia. Sehingga ia melupakan kesejatian dirinya sebagai seorang manusia yang harus taat beribadah dan baik kepada sesama manusia.

Untunglah Allah Maha Pengampun, Maha Pengasih dan Penyayang, dan Maha Baik. Ia mengundang semua pendosa untuk datang meminta ampunan dan cinta-Nya. Ia mengundang semua pendosa untuk kembali dan menebus saja keburukannya dengan merajut kebaikan sepanjang sisa hidup yang ia berikan.

Katakanlah, hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (az Zumar: 53).

SUMBER WWW.WISATAHATI.COM

Read More......

MAKAN TUH...API NERAKA !!!!

“Allahumma baariklanaa fiimaa razaqtanaa
Waqinaa ‘adzabannaar”
Ya Allah, berkahilah rezeki yang telah Engkau berikan kepada kami
Dan hindarkanlah kami dari pedihnya adzab neraka


Dalam sebuah pengajian ada jama’ah yang bertanya kepada sang Ustadz, “ Pak Ustadz, apa hubunganya makan dengan api neraka dalam do’a yang selalu kita baca setiap hendak makan? Kayaknya enggak nyambung deh tadz…, Sang Ustadz langsung menjawab dengan dialek betawinya, “sape bilang kagak nyambung, ya nyambung lah…, karena bila yang dimakan adalah makanan yang dibeli dari rezeki hasil sogok-menyogok, korupsi, mengurangi timbangan, mencuri, judi dan cara-cara lain yang diharamkan Allah, maka sesungguhnya yang dimakan adalah api neraka” Demikian sang Ustadz menjelaskan yang membuat jama’ah manggut-manggut tanda mengerti.


Saudara pembaca kajian wisatahati, syetan –la’natullah ‘alaih- senantiasa menampakkan keindahan terhadap setiap kemungkaran yang kita kerjakan, dan menjauhkan kita dari Allah. Ketika harta diraih dengan cara-cara yang dilaknat Allah, kemudian ibadah tak pernah dilakukan, tak pernah peduli dengan penderitaan sesama, maksiat kian manjadi-jadi, namun kenikmatan dunia kian terasa berlimpah, kerajaan bisnis kian menggurita, ‘kesuksesan’ selalu menyertai, karir kian melambung tinggi ke awan, lantas semua perbuatan dosa mengalir deras dan syetan berbisik; “Inilah dunia! Nikmati apapun yang ingin kau nikmati, tak ada yang bisa melarang, inilah dunia! Kamu bebas melakukan apa saja yang kau inginkan, Tidak akan ernah ada siksa kubur, tidak akan pernah ada siksa hari akhir, apalagi hukuman di dunia, karena semuanya bisa kau beli dengan uang!..

Demikian syetan selalu menjanjikan kenikmatan semu, sekedar melayangkan indera kepada keindahan dunia, yang ternyata hanya fatamorgana belaka!

“Ketahuilah sesungguhnya kehidupan dunia itu bagaikan sebuah permainan dan senda gurau dan seringkali memperlambangkan kenikmatan. Kamu senantiasa akan saling membanggakan diri dan berlomba-lomba mengumpulkan sebanyak-banyaknya harta dan membangga-banggakan keturunan tiada habisnya. Perumpamaan kehidupan dunia adalah seperti sawah yang menguning yang menakjubkan bagi orang-orang yang terpedaya tampilan lahir, kemudian sawah itu lalu mengering dan hilang ditiup angin. Semua mata terbelalak menyaksikan begitu cepatnya perubahan terjadi. Dan dinegeri akhirat hanya ada dua pilihan, siksa-Nya atau ampunan-Nya. Dan tidaklah sekali-kali engkau jumpai kecuali kenikmatan yang semu,” (QS. Al-Hadiid:20)

Bulan Ramadhan adalah bulan dimana para syetan dibelenggu, lantas apakah kebiasaan korupsi, sogok menyogok, pungli, curang, dan lain sebagainya akan terhenti dengan dibelengunya syetan, hanya bagi mereka yang mendapat rahmat, taufiq dan hidayah-Nya lah yang akan mampu menyetop kebiasaan buruk tersebut dan segera bertaubat, namun ada manusia yang dibiarkan terlena dengan uang haramnya, menumpuk-numpuk harta dan menghitung-hitungnya, ia mengira bahwa hartanya akan mengekalkannya. Padahal ‘istidroj’ sedang Allah berlakukan padanya, Apa sih istidroj? Rasulullah menjelaskan tentang istidroj; “ kalau kamu melihat Allah sedang memberikan karunia-Nya berupa kesenangan dunia kepada seseorang, sedang orang tersebut masih saja berbuat kemaksiatan, maka ketahuilah, itulah yang dinamakan istidroj.”

Dalam surah Al-An’aam: 44 Allah menjelaskan tentang istidroj, “ Ketika mereka melupakan apa-apa yang Kami peringatkan kepada merea, justru akan kami bukakan pintu segala kenikmatan kepada mereka (berbuat dosa menjadi semakin gampang, berbuat kemaksiatan menjadi semakin mudah), ingga kemudian tatkala mereka merasa senang, merasa gembira dengan keberhasilan dan kesuksesan mereka, tiba-tiba Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, jadilah mereka terdiam berputus asa.”

Ada banyak kisah mereka yang bergelimang kemaksiatan lantas Allah biarkan mereka dengan kecongkakannya, dengan kesombongannya, dengan harta haramnya, hingga pada akhirnya Allah hinakan mereka sekonyong-konyong, di KPK-kan, dipenjara di dunia saat orang lain merdeka, dipermalukan dihadapan publik, diberikan penyakit yang tak kunjung sembuh, diberikan anak-anak yang durhaka, ketidakharmonisan, pegawai membangkang, orang-orang kepercayaan malah menikam dari belakang, hutang yang menggunung, kredit macet, ditipu orang, sedih tatkala orang sedang senang, menderita ketika banyak kawan sebayanya menikmati indahnya beribadah di masa tua, indahnya bercengkrama dengan anak dan cucu saat masa pensiun. Na’udzubillah…

Kini saatnya kita menyetop segala keburukan dan merubahnya menjadi kabaikan-kebaikan, saatnya merubah pola ikhtiar dengan cara-cara yang diridhoi Allah, saatnya kita menafkahi keluarga dengan harta yang halal jangan biarkan mereka memakan api neraka setiap hari, saatnya berpaling dari syetan menuju Allah, sebelum segala sesuatunya terlambat, jangan sampai kita diistidrojkan Allah;

“ Dan siapakah yang lebih aniaya, lebih bodoh, daripada orang-orang yang diingatkan ayat-ayat Tuhannya (termasuk lewat kejadian-kejadian hidup), kemudian masih saja ia berpaling daripadanya? Sesungguhnya Kami akan membalas orang-orang yang durhaka,” (QS. As-Sajdah:22)


Selamat merubah diri ke arah perbaikan, disaat yang baik dibulan yang baik. Penyesalan seorang pendosa yang sedang bertaubat, bisa membuat langit seakan runtuh menaruh belas kasihan, tangisan dan ratapan penyesalan seorang penzalim, bisa membuat burung berhenti bernanyi, ikan-ikan berhenti berenang, hidup adalah pilihan, maka kebaikan adalah pilihan kita hingga kebaikan pula yang akan kita dapat, memilih belajar mengahrgai hidup dan kehidupan yang telah dikaruniai Allah denagn tidak dikotori oleh harta haram dan perbuatan bejat kita.

SUMBER WWW.WISATAHATI.COM

Read More......

Kenapa Harus Tobat ?

“…. dan barangsiapa mengerjakan demikian (larangan-larangan Allah)
niscaya dia akan mendapatkan balasan.
Dilipatgandakan azab (sebagai akibat) baginya pada hari kiamat
dan kekal di dalamnya lagi terhina.
Kecuali orang yang taubat, beriman dan beramal shaleh,
maka mereka itulah orang yang akan Allah gantikan
segala keburukan mereka dengan segala kebaikan.
Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Dan barangsiapa yang bertaubat dan beramal shaleh, Maka sesungguhnya dia bertaubat kepada allah sebenar-benar taubat”
(QS. Al-Furqan[25} 68-71)

Selamet bukanlah seorang bintang iklan apalagi bintang sinetron, ia bukan santri apalagi Kyai. Ia hanyalah seorang preman di bilangan Jakarta Barat yang pekerjaan sehari-harinya adalah tukang parker, hobinya malak dan mabok. Sekilas memang tidak ada yang menarik dari kehidupannya kecuali saat Haji Bagus, seorang produser Production House yang sedang menggarap reality show yang di tayangkan di salah satu stasiun TV swasta nasional. Acara yang mengajak orang untuk menelusuri jalan pertaubatan itu dalam edisi perdananya menjadikan Slamet sebagai target.


Awalnya ia menolak keras ajakan Bang Haji yang terkenal kocak kalangan krunya itu, “ ngapain elu ngajak gua tobat? emangnya elu mao ngejamin makan dan biaya sekolah keluarga gua?, Selamet membentak Bang Haji sambil melotot, matanya yang merah seakan mau keluar. Bang Haji mengelus punggung Selamet sambil menasehati dan membujuknya dengan kalimat yang sangat lembut, “ udeh, abang ikutin aja dulu nanti urusan dapur mah kita akan bantu deh, gimana?”. Akhirnya setelah diberitahu skenarionya ia menyetujui walau hatinya masih terasa berat.

Hari pertama, kru langsung menuju Kampus II Ponpes Tahfidzul Qur’an Daarul Qur’an Wisatahati Bulak Santri Tangerang, pimpinan Ustadz Yusuf Mansur yang kebetulan pada hari itu beliau sedang sibuk jadi saya yang diamanatkan menggantikan posisi beliau untuk serah terima bang Selamet dari kru ke Pesantren untuk di bimbing dalam proses pertaubatan dengan cara nyantri 7 hari. Hari pertama ia shalat ashar berjama’ah kemudian kami ajak ke aula, setelah salin pakai baju koko dan kopyah hitam pemberian pesantren, lantas kami duduk santai di temani seorang host (David Chalik). Ia menceritakan tentang kelamnya masa lalu yang ia jalani, sebenarnya sejak lama ia ingin bertaubat tapi belum ada yang membimbing hingga ia ragu apakah bila ia bertobat lantas semudah itu Allah mengampuni dosa-dosanya dan siapa yang akan menjamin kehidupan keluarganya padahal selama ini ia mengais rizki dari hasil parkir dan malak serta mendzolimi orang.

Ia bertutur sambil meneteskan air mata apalagi ketika saya menyitir ayat di atas dan sebuah hadits qudsyi yang berbunyi:
“Wahai anak Adam! Selagi engkau meminta dan berharap dari-Ku, maka Aku akan ampunkan apa-apa dosa-dosa yang telah terlanjur kau perbuat dan Aku tidak pedulikan lagi. Wahai anak Adam! walaupun dosamu sampai setinggi langit, kemudian engkau minta ampun kepada-Ku, niscaya Aku beri ampun kepadamu wahai anak Adam! Jika engkau datang kepada-Ku dengan dosa sepadat isi bumi, tetapi engkau tiada menyekutukan-Ku dengan yang lain, niscaya Aku datang (memberi) padamu dengan ampunan sepenuh bumi pula (HR. Imam Tirmidzi)

Selama beberapa hari ‘nyantren’ di pondok, ia semakin menyadari kekeliruan, kebodohan dan kesalahannya. Ia menyesali diri dengan datang kepada Allah setiap adzan memanggil, ia mulai belajar mengenal Allah melalui ayat-ayat kauniyah dan qouliyah. Apalagi di setiap sepertiga malam terakhir ia selalu di bangunkan oleh santri untuk melaksanakan qiyamullail bersama, di tengah keheningan malam di saat Allah turun ke langit dunia ia merasakan sesuatu yang belum pernah ia rasakan, ya… ketenangan bathin Allah berikan padanya, sesuatu yang sangat mahal harganya, sambil menangis terisak ia bertanya kepada dirinya sendiri: “kemana aja elu selama ini met…? kagak malu luh sama Allah?. Akhirnya ia mulai merubah pola pikir dan pola hidupnya, ia mulai tekun shalat walaupun hanya bisa gerakannya saja sambil terus belajar Al Fatihah, do’a dan bacaaan shalat. Ia berikrar dalam dirinya sekali kembali kepada Allah tidak akan kembali ke masa lalunya sambil terus berusaha mengais rizki yang halal.

Saudara pembaca kajian wisatahati, masih banyak Selamet-Selamet yang lain yang perlu dibimbing karena masih menganggap apakah mungkin Allah mengampuni dirinya yang telah berlumuran dosa dan berpakaian kenistaan serta kedzaliman. Paling tidak, kita pahamkan kepada saudara-saudara kita yang tersesat lainnya atau terlanjur berada dalam kubangan dosa dan maksiat atau mungkin diri kita pribadi bahwa dengan bertobat berarti ada niatan tulus dan alsan dari dalam dirinya, diantaranya :




Dengan bertobat berarti kita kembali ke jalan yang lurus, karena pada dasarnya kita sudah beriman kepada-Nya, hanya perjalanan hidup kita yang selalu terbuai nafsulah yang akhirnya merusak fitrah kita tersebut.
“ Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku (QS. Adz-Dzaariyaat : 56)
Bertobat karena patuh kepada perintah Allah
“ Hai orang orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan taobatan nashuuhaa (tobat yang semurni-murninya)”
(QS. At-Tahrim: 8)
Karena hijrah dari kedzaliman menuju kepada keberuntungan
“ Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung (QS. Adz-DZaariyaat: 56)
“ Dan barangsiapa yang tidak bertobat maka mereka itulah orang-orang yang zalim” (QS. Al-Hujuraat:11)
Untuk mencari kebahagiaan di dunia dan akhirat
“ Allah lebih gembira dengan tobat hamba-Nya yang mukmin daripada seorang laki-laki yang sedang berada di padang sahara yang tandus bersama binatang tunggangannya, di atas binatang tunggangan tersebut ada makanan dan minumannya. Lalu ia tertidur. Saat terbangun ia mendapati binatang itu telah pergi. Lalu ia mencarinya hingga ia merasa kehausan kemudia berkata; lebih baik aku kembali ke tempatku semula, lalu aku tidur sampai mati. lantas iapun meletakkan kepalanya di atas lengan tangannya agar ia mati.kemudian ia terbangun, sementara di sisnya ada binatang tunggangannya lengkap dengan dengan makanan dan minuman di atasnya. Maka Allah lebih bergembira dengan tobat hamba yang mukmin daripada laki-laki ini dengan binatang tunggangan dan bekalnya” (HR. Bukhari-Muslim)
Karena lari dari siksa, kerisauan dan hijab (pendinding)
“Maka segeralah kembali kepada (mentaati) Allah” (QS. Adz-Dzaariyaat: 50)

Selamat merubah diri ke arah kebaikan, semoga perjalanan tobat kita dan siapapun yang kembali kepada Allah diterima oleh Allah, hingga ketika perjumpaan dengan-Nya tidak ada dosa yang kita bawa.

SUMBER WWW.WISATAHATI.COM

Read More......

SAHABAT SEJATI

In qolla maali falaa khillun yushohibuni
Wa in zaada maali fakullunnaasi khullaani
Bila hartaku sedikit maka tidak seorangpun yang datang berteman
Namun bila hartaku banyak Maka semua orang mengaku sahabatku
Demikian sepenggal kalimat bijak yang pernah dihafal saat mondok yang hingga kini masih tersimpan di memori saya. Kalimat singkat yang menyinggung apakah niat, tujuan dan motivasi persahabatan yang kita jalin dengan seseorang karena harta ataukah karena Allah. Persahabatan karena harta akan sirna bila sang sahabat tak lagi memiliki harta tapi bila Allah sebagai tujuan maka sungguh itulah persahabatan yang abadi. Itulah persahabatan yang sejati, persahabatan bebas roaming yang membuat Allah senang dan ridho.


Gaya hidup konsumtif, hedonisme dan BTAK (Biar Tekor Asal Kesohor) sudah menjadi sindrom dan virus yang membuat manusia harus menjadikan orang-orang kaya dan punya kekuasaan sebagai pilihan nomor satu untuk menjadi teman bergaul dan bersahabat. Dan sebaliknya, kebanyakan orang akan memilih menjauhi orang-orang miskin dan orang-orang susah. Gaya hidup demikian jelas salah. Tidak boleh kita memilih-milih dalam bergaul apalagi sampai membedakan orang berdasarkan status sosial dan ekonomi. Bergaul dengan kalangan atas boleh-boleh saja, tapi kalau menutup diri untuk orang-orang yang di bawah kita, ini yang tidak boleh karena akan menjadikan hati kita kasar, keras, sombong, bisa kehilangan kasih sayang, terlebih jauh lagi bisa-bisa kita akan jauh dari rasa syukur dan qona\'ah yang ada adalah perasaan selalu kurang sebab hanya melihat mereka yang selalu diselimuti kesenangan akan gemerlapnya dunia.
Suatu hari Rasul bersabda, "Banyak-banyaklah kalian berkenalan dengan orang-orang fakir serta miskin. Berbudi baiklah terhadap mereka sebab kelak mereka akan mendapatkan kekuasaan," para sahabat bertanya,"Kekuasaan apa, wahai nabi?"
"Bila kiamat tiba," lanjut Nabi, "akan dikatakan pada mereka, perhatikan siapa yang dahulu pernah memberimu makanan meski sesuap, minuman meski seteguk, dan pakaian meski selembar. Maka peganglah tangannya, tuntunlah ke surga."
Jadi mulai saat ini, jangan memandang bahwa memperhatikan orang miskin tidak ada gunanya. Jangan lagi menganggap bahwa membantu mereka membuat status sosial kita jatuh, tangan kita kotor dan ketularan susah. Buktinya ada saatnya mereka mendapatkan kekuasaan dari Allah, ada kekuatan yang dimiliki orang-­orang miskin dan lemah, yaitu di hari tidak ada kekuasaan selain kekuasaan Allah, di hari orang tidak mengenal saudara dan sahabatnya tapi mereka berhak menuntun sahabatnya di dunia ke surga, menolong sahabatnya ketika tidak ada lagi yang bisa menolong selain amal sholeh, sementara kita tahu bahwa amal kita sangatlah tidak bisa menjadi sahabat yang menolong lantaran sedikinya amal atau bahkan beramal tapi bercampur riya dan bukan karena Allah.
Coba kita perhatikan nasehat Lukman tokoh legendaris yang namanya terukir indah dalam AlQur\' an­ kepada anaknya tentang beberapa hal yang bila dilakukan maka akan mendapatkan hikmah dalam kehidupan, diantaranya:
Hendaknya kau menghidupkan hati yang telah mati
Gemar bergaul dengan orang miskin
Menghormati orang yang rendah
Menyantuni orang-orang yang dalam perantauan
Membantu orang-orang fakir
Pergauli orang miskin, beri dia sebagian kebahagiaan yang kita nikmati, Bersahabatlah dengan orang susah, buat dia tersenyum. Sejatinya bukan mereka yang memerlukan kita, tapi kita yang memerlukan mereka untuk menyelamatkan diri kita yang selalu berlebih­-lebihan.
"Hingga apabila Kami timpakan azab terhadap orang-orang yang hidup berlebih-lebihan di antara mereka, tiba-tiba mereka memekik minta pertolongan pada hari ini, sesungguhnya kamu tidak akan mendapatkan pertolongan dari Kami. "
(QS, Al Mu`minuun [23]: 64-65)
Selamat merubah diri menjadi pribadi-pribadi yang di cintai Allah dan rasul-Nya dengan mencintai dan menjadi sahabat kaum dhu`afa, masaakin dan anak_anak yatim.

SUMBER WWW.WISATAHATI.COM

Read More......