Dibutuhkan keikhlasan untuk berbuat baik pada sesama
Banyak orang bilang bahwa ikhlas itu adalah suatu yang sulit dilakukan. Meskipun pada hal yang kita anggap sebagai kebaikan kepada sesama makhluk Tuhan. Tapi kondisi dan situasi tidak selalu mendukung, sehingga sulit ketika melakukannya dengan penuh keikhlasan.
Bahwa ikhlas itu suatu dorongan dari “dalam” pribadi setiap insan. Toh segala bentuk yang berasal dari “luar” (kondisi situasi) sering menjadi ganjalan dalam hati. Seharusnya dorongan dari dalam ini tidak akan kalah dengan segala faktor dari luar, sehingga keikhlasan itu dapat mudah dilakukan. Mungkin yang menjadi masalah bukanlah faktor yang ada dari luar, tetapi dorongan yang dalam diri yang terlalu lemah. Dorongan dari dalam diri ini adalah tingkat kesadaran kita. Dimana kurangnya kesadaran dalam melakukan sesuatu.
Maka tingkatkanlah kesadaran dari dalam diri. Didasari dengan kesadaran “ora duwe, ora duwe rasa duwe”. Bahwa segala yang ada ditangan kita saat ini hanyalah barang titipan, maka jangan merasa memiliki. Mengedepankan sifat “welas asih, welas tanpa alis”, artinya sifat saling menyayangi sesama tanpa pandang bulu / tidak pilih kasih. Menghayati falsafah bahwa, Setiap kebaikan yang kita lakukan tulislah diatas tanah, artinya agar cepat hilang dari ingatan. Sedangkan kebaikan yang kita terima dari orang lain tulislah diatas batu, artinya selalu diingat untuk motivasi berbuat baik kepada sesama.
Yang paling sering adalah saat kita berpikir bahwa berbuat baik dengan ikhlas itu tidak berguna. Pemikiran semacam ini akibat dari kurangnya kesadaran pada hukum sebab akibat, karena Tuhan tidak akan menyisakan secuil pun ketidakadilan. Dimana siapa yang menanam pasti dia juga yang akan memetik hasilnya. Pun masih sering dibantah, kapan akan memperoleh hasil? Menunggu kelak di surga? Berapa balasannya?. Tanpa kita sadari bahwa segala kebaikan menjadi pagar gaib yang akan melindungi kita. Karena kebaikan yang kita lakukan kepada sesama sama halnya dengan doa. Doa yang sudah ter-implementasi kepada sesama, tidak hanya doa yang keluar dari mulut saja. Doa haruslah singkron dengan perbuatan kita, saat kita berdoa meminta kebaikan maka dalam perbuatan pun harus bisa melakukan kebaikan kepada sesama. Berbuat baik dapat juga berangkat dari rasa syukur atas nikmat yang kita terima tiap detiknya. Sama halnya dengan doa, ungkapan rasa syukur tidak hanya sebatas untaian kata tetapi mau berbagi pada apa yang telah kita terima.
Sebagai penutup, beruntunglah kita saat mendapat latihan keikhlasan dari Sang Pencipta (ibarat try out). Karena pada saatnya nanti kita akan diuji dengan keikhlasan yang lebih besar.
Tuhan tidaklah membutuhkan kebaikan yang telah kita lakukan. Tetapi kitalah yang membutuhkan kebaikan itu sebagai sarana untuk mendapatkan kebaikan dari Tuhan. Maka berbuat baik pada sesama, bukanlah KEWAJIBAN (perintah) yang datang dari Tuhan, melainkan diri kita sendiri yang mewajibkan.
diambuil dari http://www.facebook.com/home.php?#!/note.php?note_id=384306196918&id=100000051999069
0 komentar:
Posting Komentar