CLICK HERE FOR THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES »

Minggu, 23 November 2008

Ketika Hati Merasa Sempit

Pernahkah kawan merasa sempit dalam hidup ini. Sebagai makhluk yang normal sebagai manusia pasti pernah. Yaitu merasa serba kekurangan rezeki, melihat orang lain lebih sukses, kaya dan maju.


Merasa sudah bekerja demikian keras tetapi belum ada hasil.Sehingga merasa tidak berarti dan tidak berdaya. Akhirnya menjadi rendah diri, malas dan menyerah. Ini berbahaya jika sudah menyerang kita. Sebenarnya ada tips sederhana ketika perasaan itu datang, dan saya telah mencobanya dan cukup efektif membangkitkan semangat kembali. Caranya sederhana, yaitu catat semua hal yang telah diraih selama hidup, catat nikmat-nikmat Allah yang telah diberikan kepada kita. Memang nikmat Allah amat banyak, niscaya tidak akan sanggup menghitungnya. Tetapi catat saja yang diingat, bahkan yang sederhana sekalipun. Misalnya:

1.Alhamdulillah, saya bisa sekolah dari SD sampai Perguruan Tinggi.
2.Alhamdulillah, saya bisa bangun pagi.
3.Alhamdulillah, saya punya sepeda motor.
4.Alhamdulillah, saya punya pekerjaan tetap.
5.Alhamdulillah, saya bisa makan setiap hari.
6.Alhamdulillah, saya bisa menyapa dan tersenyum kepada orang lain.
7.Alhamdulillah, saya bisa menikmati opor ayam ketika lebaran.
8.Alhamdulillah, saya bisa melihat, mendengar dan merasa.
9.Alhamdulillah, saya tinggal di negara yang aman dan bersahabat.
10.Alhamdulillah, saya bisa tidur dengan nyenyak.
11.Alhamdulillah, saya memiliki istri yang sabar.
12.Alhamdulillah, saya bisa menulis dan membaca.
13.Alhamdulillah, saya bisa merasakan hangatnya mentari pagi.
14.Alhamdulillah, saya bisa melihat keindahan alam ciptaan-Nya.
15.Alhamdulillah, saya bisa berjalan dan berlari
16.Dll.

Banyak sekali bukan kalau mau diteruskan? Kemudian tips berikutnya adalah lihat kehidupan orang-orang yang secara ekonomi di bawah kita. Bukan untuk maksud berbangga diri, tetapi supaya bersyukur. Kemudian, pergi ke kuburan dan mengingat kematian, ingat akan hari pembalasan. Insya Allah hilang semua rasa sempit yang ada di dada. Lebih mantap lagi baca surat Ar-rahmaan ayat 1-78 di Al-qur'an. Maka, nikmat Tuhan yang mana lagi kamu dustakan?

Semoga bermanfaat untuk instrospeksi diri penulis dan siapa saja yang membacanya.

Read More......

Keajaiban Memberi

Apa perbedaan cara berpikir antara orang bahagia dengan orang yang menderita? Perbedaannya sederhana saja, orang bahagia berpikir bagaimana hari ini saya bisa memberi dan berbagi terhadap sesama.


Tetapi orang menderita berpikir apa yang bisa saya terima hari ini. Sederhana bukan? Orang berbahagia tidak pernah berpikir untuk meminta imbalan kepada orang lain, karena Allah yang akan memberinya balasan. Tetapi orang menderita selalu mengharap imbalan kepada orang lain atas jasa-jasa yang ia lakukan. Dan tidak ada dalam sejarah bahwa orang-orang yang suka memberi dan berbagi ini menjadi jatuh miskin. Justru mereka menjadi orang yang kaya raya karena memberi, memberi dan memberi.

Anda memiliki kemampuan apapun walaupun kecil, beri dan bagi kepada orang lain. Niscaya kemampuan Anda akan meningkat. Anda memiliki harta walaupun sedikit, bagi dan beri kepada yang membutuhkan, niscaya harta Anda meningkat. Anda memiliki tenaga, waktu dan kesehatan maka maksimalkan untuk membantu orang lain, maka kita semakin kaya, kaya teman, kaya pengalaman bahkan kaya harta. Mengapa bisa begitu? Bukankah secara matematika jika kita menghabiskan waktu dan tenaga untuk membantu orang lain, maka waktu dan tenaga kita habis terbuang? Atau jika harta kita diberikan kepada orang yang membutuhkan, berarti harta kita berkurang? Secara nyata memang berkurang, tetapi ingat, ada malaikat yang mencatat perbuatan baik kita. Malaikat tsb. melaporkannya kepada Allah. Maka Allah memberi tambahan kepada kita, baik itu harta, ilmu, waktu dan tenaga yang lebih banyak lagi. Ngga percaya? Buktikan sendiri. Banyaklah memberi dengan syarat ikhlas, maka kita akan banyak menerima bahkan berlipat dari pemberian kita semula.


Read More......

Kejelekan Dengki

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Anas bin Malik bercerita bahwa suatu hari ia duduk bersama Rasulullah saw. Lalu Rasulullah berkata, “Akan datang seorang ahli surga.” Tidak berapa lama, datanglah seorang laki-laki dengan membawa sandal di tangan kirinya dan jenggotnya terlihat basah terkena air wudhu.


Esok harinya Rasulullah SAW berkata seperti itu lagi dan masuk orang laki-laki yang sama. Pada hari yang ketiga, beliau juga berkata seperti itu dan masuk orang laki-laki yang sama. Ketika Nabi meninggalkan tempat kami duduk, Abdullah bin Amr mengikuti orang itu dan berkata padanya, ”Aku telah bertengkar dengan bapakku dan aku bersumpah untuk tidak pulang ke rumah selama tiga hari, maka kalau kamu izinkan aku untuk menginap di rumahmu selama tiga hari dan setelah itu aku pulang ke rumah.”

Orang itu berkata, ”Boleh”

Maka ia tinggal selama tiga hari di rumah orang itu dan ia tidak pernah melihat orang itu bangun tengah malam, kecuali sebelum ia tidur ia berdoa kepada Allah. Laki-laki itu tidak berbicara kecuali hal-hal yang baik saja. Setelah tiga hari berlalu, Abdullah bin Amr mengaku pada si pemilik rumah, ” Sesungguhnya aku tidak bertengkar dengan ayahku dan akupun tidak minggat dari rumah. Aku mendengar dari Rasulullah bahwa engkau adalah salah seorang dari ahli surga dan aku sangat ingin mengetahui apa yang telah engkau kerjakan sehingga kamu mendapatkan kemuliaan ini. Akan tetapi aku tidak melihat kamu banyak melakukan ibadah-ibadah. Apa sesungguhnya yang telah kamu kerjakan?”

Orang itu berkata, ” Tidak ada yang aku kerjakan selain apa yang telah kamu lihat. Ibadah yang aku kerjakan sebagaimana yang kamu lihat, akan tetapi sesungguhnya tidak ada dalam hatiku keinginan berbuat curang (kebencian) kepada orang-orang muslim atas apa yang telah Allah berikan terhadap mereka.”

Lalu Abdullah bin Amr berkata, ” Inilah perbuatan yang telah kamu lakukan dan kami tidak dapat melakukannya.”

Ya, dengki. Menjauhinya membawa keselamatan dunia akhirat dan mengkutinya adalah membawa kerugian dunia akhirat. Betapa tidak, seorang pendengki selalu resah akan kebaikan dan anugerah yang dinikmati oleh orang lain. Ia tak akan tenang sampai kenikmatan itu hilang dari orang lain. Dan ia tak akan rela melihat kebahagiaan orang lain.

Dengki bisa hadir di mana saja dan kapan saja. Ia bisa muncul di tengah-tengah keluarga sehingga anak yang satu menjadi benci terhadap saudaranya yang lain. Ia bisa menyeruak di sekolah sehingga menimbulkan persaingan tidak sehat di antara pelajarnya. Ia pun bisa terbit di hati seorang tetangga sehingga menimbulkan rasa iri terhadap kekayaan tetangganya.

Dan Allah Maha Besar! Al-Quran pun menceritakan kisah-kisah tentang kedengkian masa lalu sebagai pelajaran untuk ummat masa sekarang. Diceritakan dalam berbagai surat, iblis tidak mau sujud kepada Adam karena merasa lebih baik dibanding Adam, lalu merasa dengki akan kenikmatan surga yang diperoleh Adam sehingga mengusahakan supaya Adam dan isterinya juga keluar dari surga. Kemudian ada pula kisah dua orang putra Adam, Habil dan Qabil. Karena dipicu oleh rasa dengki, Qabil akhirnya melakukan pembunuhan pertama terhadap saudara kandungnya sendiri di muka bumi ini. Dan ada pula kisah Yusuf as. yang dibuang saudara-saudaranya karena mereka dengki atas kasih sayang ayah mereka, Yaqub kepada Yusuf. Maka, tak berlebihan rasanya jika dengki dikatakan sebagai penyakit hati sejak zaman purbakala.

Read More......